TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah kembali turun pada perdagangan pagi ini merespons melonjaknya suplai global dan upaya para negara produsen membatasi produksi.
Data Bloomberg menunjukkan harga minyak WTI untuk pengiriman Juni 2020 turun 93 sen menjadi US$ 16,01 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 8.35 pagi waktu Singapura. Sebelumnya, pada perdagangan Jumat pekan lalu, WTI kontrak Juni mampu melonjak 2,7 persen sehingga mengurangi penurunan sepanjang pekan lalu menjadi 32 persen.
Minyak patokan global Brent untuk kontrak Juni 2020 pun terkoreksi 32 sen ke level US$ 21,12 pagi ini setelah jatuh 24 persen pekan lalu.
Dari sisi suplai diketahui aktivitas pengeboran di ladang minyak onshore Amerika mencatat penurunan terbesar dalam 14 tahun pekan lalu. Hal ini terjadi setelah minyak berjangka New York jatuh di bawah level nol untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Sementara itu, Arab Saudi telah mulai mengurangi produksi menjelang tanggal kesepakatan dimulainya pengurangan pasokan OPEC+ pada 1 Mei, bersama dengan Kuwait, Aljazair dan Nigeria.
Di sisi lain, ada tanda-tanda tentatif pada akhir pekan bahwa wabah penyakit virus Corona (Covid-19) mulai mereda. Spanyol, Italia, dan Prancis, misalnya, melaporkan laju angka kematian baru paling lambat dalam lebih dari sebulan. Sementara Inggris dan New York melaporkan angka kematian baru terendah sejak akhir Maret.
Meski begitu, isu kelebihan suplai minyak menghantui pasar komoditas ini. Para pedagang, penyuling dan penyedia infrastruktur berupaya mencari cara baru untuk menimbun minyak mentah, termasuk pada tongkang kecil di sekitar pusat perdagangan minyak Eropa dan di jaringan pipa-pipa.
Di pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma, misalnya, titik pengiriman untuk minyak berjangka Intermediate West Texas, terisi dengan cepat dan memberi tekanan tambahan pada patokan minyak mentah AS. “Kekhawatiran seputar meningkatnya persediaan global, terutama di AS dengan pandemi virus corona yang membebani konsumsi bensin, menekan harga minyak,” ujar Kim Kwangrae, analis komoditas di Samsung Futures Inc., seperti dilansir melalui Bloomberg.
“Meski OPEC telah mulai membatasi output, permintaan untuknya masih belum mendukung dan ini akan menjadi faktor penurunan harga,” kata Kwangrae. Harga minyak telah merosot lebih dari 70 persen sepanjang tahun ini akibat terbebani langkah lockdown hampir di seluruh dunia sebagai upaya menekan penyebaran virus Corona dan membuat konsumsi komoditas ini jeblok.
BISNIS