"Suatu hari ingin kami lepas, karena Polychem merupakan aset noninti," kata juru bicara Gajah Tunggal Catharina Widjaja dalam paparan publik di Bursa Efek Indonesia, hari ini.
Rencana ini terkait besarnya beban utang perseroan dari penerbitan obligasi sebesar US$ 420 juta pada tahun 2005. Apalagi, tiap tahun perseroan harus merogoh kocek sekitar US$ 51 juta untuk membayar bunganya.
Meski begitu, Catharina belum bisa memastikan waktu penjualannya. Alasannya, perseroan harus baik-baik mengamati kondisi pasar untuk merealisasikan penjualan ini.
Manajemen Gajah Tunggal ingin mendapatkan harga yang baik dari penjualan tersebut. "Kalau pasar jelek, harga saham Polychem bisa anjlok. Sekarang saja harganya cuma sekitar US$ 25 juta," ujarnya.
Menurutnya, dana hasil penerbitan obligasi sebesar US$ 220 juta telah dipakai untuk membayar utang sindikasi perbankan luar negeri. Sisanya, US$ 200 juta dipakai sebagai belanja modal pembangunan pabrik baru dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi ban radial dan sepeda motor hingga tahun 2010.
Perseroan memperkirakan kapasitas produksi ban radial akan bertambah dari 30 ribu menjadi 45 ribu per hari di tahun 2010. Sedangkan produksi ban sepeda motor bakal meningkat dari 37 ribu menjadi 105 ribu per hari, serta ban dalam dari 74.500 menjadi 162 ribu per hari.
Direktur Utama Gajah Tunggal Christopher Chan mengakui obligasi yang terbit tahun 2005 itu terbilang berbunga mahal. Sebab, saat itu propspek ekspansi bisnis belum jelas.
"Tapi, pada 2010, ketika hasil investasi sudah terlihat, saya berharap penjualan Gajah Tunggal bisa menembus Rp 10 triliun," kata Christoper. Sehingga, ia melanjutkan, di masa mendatang perseroan bisa memperoleh fasilitas pendanaan dengan bunga yang lebih murah.
Sepanjang semester satu tahun ini, Gajah Tunggal membukukan penjualan senilai Rp 3,89 triliun. Angka tersebut naik sekitar 21 persen dibandingkan penjualan periode sama tahun lalu sebesar Rp 3,218 triliun yang ditopang oleh peningkatan volume penjualan serta harga jual rata-rata.
Peningkatan penjualan juga mendorong kenaikan laba bersih perseroan sebesar 259 persen, dari Rp 58 miliar menjadi Rp 208 miliar. Kenaikan ini dipicu stabilnya kurs rupiah, serta kinerja Polychem yang baik.
WAHYUDIN FAHMI