Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gajah Tunggal Ingin Jual Polychem

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta: PT Gajah Tunggal Tbk berniat menjual anak usahanya, PT Polychem Indonesia Tbk. Produsen ban yang mengklaim terbesar se-Asia Tenggara ini memiliki 28,9 persen saham di perusahaan penghasil ethylene glycol tersebut.

"Suatu hari ingin kami lepas, karena Polychem merupakan aset noninti," kata juru bicara Gajah Tunggal Catharina Widjaja  dalam paparan publik di Bursa Efek Indonesia, hari ini. 

Rencana ini terkait besarnya beban utang perseroan dari penerbitan obligasi sebesar US$ 420 juta pada tahun 2005. Apalagi, tiap tahun perseroan harus merogoh kocek sekitar US$ 51 juta untuk membayar bunganya.

Meski begitu, Catharina belum bisa memastikan waktu penjualannya. Alasannya, perseroan harus baik-baik mengamati kondisi pasar untuk merealisasikan penjualan ini.

Manajemen Gajah Tunggal ingin mendapatkan harga yang baik dari penjualan tersebut. "Kalau pasar jelek, harga saham Polychem bisa anjlok. Sekarang saja harganya cuma sekitar US$ 25 juta," ujarnya.

Menurutnya, dana hasil penerbitan obligasi sebesar US$ 220 juta telah dipakai untuk membayar utang sindikasi perbankan luar negeri. Sisanya, US$ 200 juta dipakai sebagai belanja modal pembangunan pabrik baru dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi ban radial dan sepeda motor hingga tahun 2010.

Perseroan memperkirakan kapasitas produksi ban radial akan bertambah dari 30 ribu menjadi 45 ribu per hari di tahun 2010. Sedangkan produksi ban sepeda motor bakal meningkat dari 37 ribu menjadi 105 ribu per hari, serta ban dalam dari 74.500 menjadi 162 ribu per hari.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Direktur Utama Gajah Tunggal Christopher Chan mengakui obligasi yang terbit tahun 2005 itu terbilang berbunga mahal. Sebab, saat itu propspek ekspansi bisnis belum jelas.

"Tapi, pada 2010, ketika hasil investasi sudah terlihat, saya berharap penjualan Gajah Tunggal bisa menembus Rp 10 triliun," kata Christoper. Sehingga, ia melanjutkan, di masa mendatang perseroan bisa memperoleh fasilitas pendanaan dengan bunga yang lebih murah.

Sepanjang semester satu tahun ini, Gajah Tunggal membukukan penjualan senilai Rp 3,89 triliun. Angka tersebut naik sekitar 21 persen dibandingkan penjualan periode sama tahun lalu sebesar Rp 3,218 triliun yang ditopang oleh peningkatan volume penjualan serta harga jual rata-rata.

Peningkatan penjualan juga mendorong kenaikan laba bersih perseroan sebesar 259 persen, dari Rp 58 miliar menjadi Rp 208 miliar. Kenaikan ini dipicu stabilnya kurs rupiah, serta kinerja Polychem yang baik.

WAHYUDIN FAHMI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pekerja Ban Terancam Terkena PHK Massal, Industri Keluhkan Banjir Produk Impor dari Cina

1 Juli 2022

Ilustrasi pabrik ban. Shutterstock
Pekerja Ban Terancam Terkena PHK Massal, Industri Keluhkan Banjir Produk Impor dari Cina

Ketua Umum APBI Aziz Pane menyebutkan industri ban nasional terancam terkena pemutusan hubungan kerja atau PHK besar-besaran. Kenapa?


Ban dan Pelek Buatan Indonesia Diminati di Mesir

16 Juli 2021

Pelek dan ban buatan PT Bangun Sarana Alloys dan PT Prima Alloy Steel Universal, Tbk menguasai 38 persen dan 20 persen pasar di Mesir. Foto: Kementerian Luar Negeri
Ban dan Pelek Buatan Indonesia Diminati di Mesir

Ban dan pelek kendaraan buatan PT Bangun Sarana Alloys dan PT Prima Alloy Steel Universal, Tbk menguasai 38 persen dan 20 persen pasar di Mesir


Bea Masuk Tinggi Pukul Kinerja Ekspor Ban RI

15 Oktober 2017

Pabrik Ban PT Multistrada Arah Sarana(MASA), Cikarang, Bekasi. TEMPO/Seto Wardhana
Bea Masuk Tinggi Pukul Kinerja Ekspor Ban RI

Ekspor ban Indonesia masih terkendala bea masuk (import duty) yang tinggi di beberapa negara tujuan ekspor, seperti Turki, Mesir, India, dan Afrika.


Risiko Meletus, Kenali Kapan Saatnya Ganti Ban Sepeda Motor

6 Oktober 2017

Empat angka kode produksi yang tertera pada ban yang menunjukkan ban telah kadaluarsa. TEMPO/GRANDY AJI
Risiko Meletus, Kenali Kapan Saatnya Ganti Ban Sepeda Motor

Kondisi ban sepeda motor yang tak layak bisa mengakibatkan kecelakaan, seperti pecah ban dan terjatuh saat jalan dalam keadaan licin.


2 Cara Mengetahui Karet Ban Sepeda Motor Telah Kadaluarsa

6 Oktober 2017

Empat angka kode produksi yang tertera pada ban yang menunjukkan ban telah kadaluarsa. TEMPO/GRANDY AJI
2 Cara Mengetahui Karet Ban Sepeda Motor Telah Kadaluarsa

Sekalipun masih dalam keadaan baru atau belum digunakan, ban sepeda motor memiliki masa kadaluarsa sehingga disarankan untuk tidak lagi digunakan.


Dampak Pengetatan Impor, Pengusaha Truk Kekurangan Pasokan Ban

28 Maret 2017

Ilustrasi ban mobil. TEMPO/Tony Hartawan
Dampak Pengetatan Impor, Pengusaha Truk Kekurangan Pasokan Ban

Pembatasan impor membuat truk logistik kekurangan pasokan ban.


Gajah Tunggal Raup Laba Rp 533,57 Miliar pada Semester I  

12 Agustus 2016

Dok: Gajah Tunggal. Tbk
Gajah Tunggal Raup Laba Rp 533,57 Miliar pada Semester I  

Laba yang didistribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 533,57 miliar, sedangkan periode tahun lalu perseroan mencatatkan rugi Rp351,27 miliar.


Hankook Jadi Ban Resmi Toyota Tacoma  

14 Desember 2015

Seorang pekerja menggunakan sepeda di dalam pabrik, untuk memudahkan pekerja berkeliling pabrik. Perusahaan ban Hankook pertama kali didirikan pada tahun 1941. Geumsan, Korea Selatan, 2 Maret 2015. SeongJoon Cho/Getty Images
Hankook Jadi Ban Resmi Toyota Tacoma  

Toyota Tacoma sendiri merupakan truk pikap dengan penjualan terbaik di Amerika Utara.


Kemenperin Bersama Michelin Daur Ulang Ban Bekas

7 Mei 2015

Pekerja mengamati proses produksi industri baja PT Gunung Steel Group di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, 26 Februari 2015. Jumlah industri baja nasional saat ini sebanyak 352 perusahaan tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. TEMPO/Tony Hartawan
Kemenperin Bersama Michelin Daur Ulang Ban Bekas

Kementerian Perindustrian menggandeng produsen ban asal
Perancis Michelin memanfaatkan ban bekas di Indonesia agar
dapat digunakan untuk pembangunan


Gajah Tunggal Siap Produksi Ban untuk Mobil Hijau

14 Juni 2013

PT Gajah Tunggal Tbk
Gajah Tunggal Siap Produksi Ban untuk Mobil Hijau

Tahun ini Gajah Tunggal menguasai pasar hingga 26 persen untuk ban GT Radial.