TEMPO.CO, Jakarta - Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG akan kembali loyo pada hari ini, Jumat 13 Maret 2020. Menurut dia, melemahnya IHSG lebih dipengaruhi oleh faktor penyebaran virus Corona atau COVID-19 yang secara masih masif terjadi.
"Dan virus corona telah dideklarasikan WHO sebagai pandemi internasional karena penyebaran virus tersebut telah mencapai 118 negara," kata Nafan saat dihubungi, Jumat pagi.
Hari ini, dua menit setelah dibuka atau pukul 09.02, IHSG langsung anjlok -228 poin menjadi 4.667,0. Nilai itu menunjukkan penurunan 4,67 persen dari pembukaan yang sebessr 4.895,75.
Sebanyak 230 emiten berada di zona merah, 11 emiten di zona hijau, dan 43 emiten stabil. Pelemahan hari ini merupakan lanjutan dari pelemahan beberapa hari lalu.
Kemarin, IHSG ditutup minus 5,01 persen persen. Dengan penurunan itu IHSG sudah berada di bawah 5.000.
Kendati begitu, koreksi 5,01 persen tidak menjadikan IHSG sebagai yang terburuk di kasawan Asia. Sebab, pelemahan yang drastis itu juga terjadi lebih parah di beberapa negara tetangga.
Kondisi IHSG yang tembus ke level di bawah 5.000, itu merupakan yang pertama kalinya sejak Juli 2016. Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis 12 Maret 2020 hingga pukul 10.18 WIB, IHSG di posisi 4.950,97 yang artinya terkoreksi 3,94 persen atau 203,13 poin.
Dari total 684 saham yang tergabung dalam indeks tersebut, sebanyak 328 saham bergerak melemah, 33 saham menguat, dan 323 tampak tidak bergerak dari posisinya.
Sepanjang tahun berjalan 2020, IHSG telah terkoreksi cukup dalam hingga 21,41 persen. Jika dibandingkan dengan rekan indeks bursa saham di Asia Pasifik, kinerja IHSG year to date menjadi yang terburuk kelima. Posisi IHSG tepat di bawah indeks Nikkei 225 yang melemah 22,17 persen, JPX Nikkei 400 yang turun 22,71 persen, Topix turun 23,38 persen, dan indeks SE Thai yang melorot 25,61 persen.