Meiki mengatakan, organisasinya juga melihat banjir di Bekasi salah satunya disebabkan oleh pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta Bandung. Dampak, proyek tersebut, tudingnya juga terjadi di sejumlah lokasi lainnya di sepanjang lokasi pengerjaan proyek tersebut.
Meiki mengatakan, sederet kasus menunjukkan lemahnya Amdal proyek kereta cepat. Mulai dari insiden meledaknya pipa BBM Pertamina di pinggir jalan tol Purbaleunyi, warga seputaran lokasi pembangunan terowongan kereta cepat di Gunung Bohong Kabupaten Bandung Barat yang mengeluhkan rumahnya retak-retak, hingga pemasangan tiang pancang yang memicu banjir di underpass Padalarang, hingga pencemaran Sungai Cileuleuy oleh limbah semen di lokasi pengerjaan terowongan kereta cepat di Walini. “Banyak kejadian, tidak hanya di Bekasi,” kata dia.
Dia mencontohkan, pembangunan terowongan kereta cepat di Gunung Bohong yang menggunakan peledak dituding melanggar Amdal. “Di Amdal itu pakai bor, kenapa pakai bahan peledak,” kata Meiki.
Walhi, kata Meiki, sedari awal menilai Amdal proyek kereta cepat dipaksakan. “Kualitas dokumen Amdal yang sangat lemah sehingga banyak terjadi masalah,” kata dia.
Teknis penyusunan Amdal disinyalir lebih cepat dari ketentuan 12 bulan, atau 2 kali pergantian musim. “Mereka kurang dari 12 bulan,” kata dia. “Misalnya dalam Amdal tidak terlihat bagaimana dampak yang terjadi saat musim hujan atau musim kemarau.”
AHMAD FIKRI