TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan telekomunikasi Indosat Ooreedoo sepanjang tahun 2019 membukukan laba bersih sebesar Rp 1,57 triliun, atau melonjak hingga hampir Rp 4 triliun dari posisi tahun sebelumnya yakni minus Rp 2,4 triliun. Laba diperoleh sebagai hasil perbaikan EBITDA dan penjualan menara.
“Indosat Ooredoo telah berhasil melaksanakan strategi tiga tahun perusahaan, dan hal ini menyebabkan kinerja keuangan yang solid sesuai dengan penyampaian kami hari ini," kata President Director and CEO Indosat Ooredoo, Ahmad Al-Neama dalam keterangan tertulis Senin, 24 Februari 2020.
Ahmad Al-Neama mengatakan perseroan tumbuh sehat pada 2019. Hal itu, kata dia, seiring dengan strategi perusahaan untuk melayani kebutuhan pasar telekomunikasi Indonesia. “Indosat Ooredoo telah berhasil melaksanakan strategi tiga tahun perusahaan, dan hal ini menyebabkan kinerja keuangan yang solid sesuai dengan penyampaian kami hari ini," katanya.
Adapun total pendapatan tumbuh sebesar 12,9 persen menjadi sebesar Rp 26,1 triliun, pendapatan seluler tumbuh sebesar 14,7 persen menjadi sebesar Rp 20,7 triliun, dan EBITDA mencapai Rp 9,9 triliun, atau naik 51,6 persen year on year.
Pelanggan seluler tumbuh sebesar 1,2 juta pelanggan menjadi 59,3 juta pelanggan pada akhir 2019, dan Average Revenue per User (ARPU) meningkat menjadi Rp 27,9 ribu dari tahun sebelumnya sebesar Rp 18,7 ribu. Hal itu utamanya disebabkan oleh tingginya peningkatan traffic data sebesar 71,6 persen year on year.
Lebih jauh, Ahmad Al-Neama menyatakan perseroan berinvestasi untuk meningkatkan cakupan dan kinerja jaringan 4G. Langkah-langkah itu berkontribusi terhadap peningkatan basis pelanggan dan volume trafik data perusahaan.
Indosat Ooredoo juga telah menggelar jaringan 4G secara intensif, mengembangkan cakupan populasi 4G dari hanya sebesar 44 persen pada akhir 2017 hingga mencapai hampir 90 persen di tahun 2019.