TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan jajarannya bakal menghitung dampak virus Corona terhadap pertumbuhan kredit perseroan. "Pasti akan lambatlah, kami juga prihatin dengan corona ini pasti akan ada dampaknya," ujar dia di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu, 19 Februari 2020.
Secara angka, Royke mengatakan, memang belum kelar menghitung dampak tersebut. Namun, secara kasat mata dapat terlihat bahwa wabah virus corona itu telah menghantam sektor pariwisata dan penerbangan.
"Nah bagaimana dengan portofolionya. Belum lagi industri yang membutuhkan bahan baku dari Cina. Kondisi tersebut, diperkirakan akan menghambat produksi industri. Kalau terhambat, daya belinya seperti apa? Perusahaan ekspansinya bagaimana, pasti ada kajian yang enggak mudah," kata Royke.
Pada awal tahun ini, ia melihat pertumbuhan kredit memang agak lambat. Meski demikian, dia optimistis pada tahun ini pertumbuhan kredit masih mencapai 10 pertumbuhan kredit.
Dengan lambatnya pertumbuhan kredit, Royke mengatakan, perseroan akan memutar otak untuk mencari jalan lain. "Kredit pasti slow tapi kita selalu berusaha gali potensi lain. Misalnya permintaan domestik, mikro, dan UMKM kan tetap jalan," tutur dia.
Kalau kondisi ini berlangsung lama, Royke khawatir rasio kredit macet akan meningkat. Karena itu, ia berharap ke depannya virus Corona bisa segera berhenti, sehingga roda perekonomian bisa bergerak lebih mulus. Pasalnya, dalam kondisi sekarang, banyak kegiatan-kegiatan ekonomi yang terhambat, bahkan berhenti total.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan atau OJK Wimboh Santoso memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Cina bakal terkontraksi hingga lebih dari 1 persen pada kuartal I tahun 2020. Perlambatan ekonomi ini terimbas oleh wabah Virus Corona yang hingga kini masih meluas dan diproyeksikan menurunkan pertumbuhan ekonomi global hingga 0,5 persen.
Wimboh menjelaskan, meluasnya wabah Virus Corona akan berdampak signifikan bagi negara-negara yang memiliki angka ekspor tinggi. Kekhawatiran dampak meluasnya wabah Virus Corona juga memicu risk-off dan mendorong pelemahan bursa saham dan harga minyak.
“Beruntungnya Indonesia ekspornya tidak terlalu besar sehingga dampak dari virus Corona outbreak tidak terlalu besar," ucap Wimboh saat memberikan kuliah umum bertajuk Global and Indonesia Economic Outlook 2020 di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Senin, 17 Februari 2020.
CAESAR AKBAR | BISNIS