TEMPO.CO, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menjelaskan soal kejanggalan di balik kerugian PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang mencapai Rp 10,4 triliun.
Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia Uriep Budhi Prasetyo mengatakan beberapa manajer investasi sengaja membuat Under Asset Management atau reksadana yang khusus dibuat untuk Jiwasraya. Dia menyebut, hal itu sebagai sebuah kejanggalan.
“Beberapa reksadana itu mayoritas isinya saham-saham tertentu, kami tidak tahu kolusi atau bukan. Namun, kalau diamati dari portofolio manager investasinya seperti taylor made [atau dibuat khusus],” ungkapnya pada rapat dengar pendapat umum yang digelar di Dewan Pewakilan Rakyat, Senin, 10 Februari 2020.
Menurut Uriep, sebuah produk reksa dana open end seharusnya dapat dimiliki beberapa investor. Namun, kepemilikan reksa dana itu sebagian besar dimiliki Jiwasraya dengan proporsi antara 70 persen sampai dengan 90 persen. Sewajarnya, lanjut Uriep, para manajer investasi seharusnya adalah pihak yang terdidik dalam hal semacam ini.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi pun menyebut adanya keganjilan dalam pola investasi perusahaan asuransi plat merah itu. Dia menduga ada beberapa investasi saham yang sengaja dibalut dengan produk reksa dana. “Ya memang ada saham-saham yang under perform tapi dibalut dengan reksa dana itu betul,” katanya.
Meski demikian, Inarno menyebut BEI tidak dalam kapasitas untuk memperbolehkan atau melarang suatu institusi untuk mengoleksi saham tertentu. Menurutnya, BEI sudah menjalankan tugasnya dengan memberikan peringatan atau informasi mengenai saham-saham tersebut lewat mekanisme, unusual market activity (UMA), dan sebagainya kepada investor.
“Terkait UMA ada beberapa juga portofolio Jiwasraya yang sudah kami peringatkan. Meski begitu, kami tidak bisa melarang pembelian kepada mereka,” tuturnya.
BISNIS