TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Abdul Manap Pulungan mengatakan pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2019 merupakan terendah sejak triwulan IV 2016. Hal itu juga membuktikan kabinet baru bentukan Joko Widodo atau Jokowi hingga akhir tahun lalu tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
"Hadirnya Kabinet baru yang hingga akhir 2019 berarti telah bekerja dua bulan lebih atau 68 hari ternyata belum mampu membuat berbagai gebrakan yang dapat menyulut optimisme perekonomian sehingga realisasi pertumbuhan bisa lebih tinggi," kata Abdul di ITS Tower Jakarta, Kamis, 5 Februari 2020.
Abdul menilai turunnya pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2019 di bawah 5 persen year on year menggambarkan semakin beratnya persoalan ekonomi yang dihadapi Indonesia. Padahal secara siklus, triwulan IV merupakan salah satu periode yang sering memberi harapan bagi akselerasi perekonomian.
Pasalnya, menurut dia, sejumlah perayaan hari besar keagamaan, yaitu Natal dan libur akhir tahun selalu terjadi di triwulan IV. Penurunan pertumbuhan ekonomi triwulan IV sebetulnya sudah terjadi dari dua tahun terakhir, di mana pada triwulan IV 2017 ekonomi tumbuh sebesar 5,19 persen yoy dan triwulan IV 2018 sebesar 5,18 persen yoy.
Bahkan, kata Abdul, dalam 20 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi triwulan IV hampir selalu di atas 5 persen yoy. Tercatat hanya 5 kali triwulan IV tumbuh di bawah 5 persen yoy, yaitu 2001, 2002, 2003, 2016, dan 2019.
Abdul juga melihat optimisme pebisnis kian meredup seiring turunnya Indeks Tendensi Bisnis di Desember 2019 sebesar 104,82, setelah sebelumnya di September 2019 sebesar 105,33, dan Juni 2019 sebesar 108,81.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2019 tercatat turun 1,74 persen jika dibandingkan triwulan III 2019. Namun jika dibandingkan Triwulan IV 2018, terjadi pertumbuhan 4,97 persen (yoy).
Sedangkan sepanjang 2019 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,02 persen. Angka ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi pada 2018 yang mencapai 5,17 persen. "Tapi mempertahankan 5 persen di situasi sekarang tidaklah gampang," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor BPS, Rabu, 5 Februari 2020.
Bank Indonesia menyatakan daya tahan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah kinerja perekonomian dunia yang melambat. Meski hanya tumbuh 5,02 persen atau melambat dibandingkan tahun 2018, ekonomi Indonesia diyakini tetap tangguh di tengah krisis global 2020.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko menilai pertumbuhan ekonomi keseluruhan 2019 tetap baik meskipun di bawah pencapaian tahun lalu yang sebesar 5,17 persen. "Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh permintaan domestik yang tetap baik sedangkan kinerja ekspor menurun," ucapnya.
FAJAR PEBRIANTO