TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai pemerintah perlu merevisi target pertumbuhan ekonomi 2020. Koreksi ini perlu dilakukan menyusul dampak merebaknya virus corona novel sejauh ini telah memukul aktivitas perekonomian di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Seusai Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani memprediksi pertumbuhan ekonomi hanya akan mencapai 5,0 persen dari target 5,3 persen. "Kalau situasi seperti ini, kami perkirakan mungkin 5,0 persen, dengan catatan kalau Omnibus Law nanti lancar sesuai ekspektasi kita ya bisa bergerak ke 5,3 persen hingga akhir tahun," kata dia di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Senin 3 Februari 2020.
Hariyadi menuturkan, dampak wabah virus corona tersebut telah mulai dirasakan oleh dunia usaha, utamanya dari sektor pariwisata. "Terlihat sekali penurunan dari penerimaan di daerah. Apabila itu terus berlanjut dan tidak ada suatu upaya menyetop kondisi ini, ini juga akan berdampak ke asumsi APBN kita," kata dia yang juga Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) itu.
Oleh karena itu, Hariyadi mengatakan Omnibus Law yang tengah didorong pemerintah diharapkan bisa berjalan lancar, efektif dan dapat direspons baik oleh seluruh kalangan untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kemudahan investasi. Apalagi, berkaca pada kasus SARS tahun 2002-2003 lalu, dibutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk mengembalikan kondisi ekonomi. "Jadi kita harus memperhitungkan itu. Karena kita tidak tahu akan berakhir berapa kejadian seperti ini," ujar dia.
Namun, menurut Hariyadi, di tengah hantaman virus corona ini, Indonesia masih memiliki kelebihan karena memiliki pasar dalam negeri yang besar. Dengan demikian, seharusnya tidak perlu khawatir dengan kinerja ekspor. "Kalau pasar dalam negeri kita manfaatkan dengan baik, sebetulnya kita tidak perlu takut ada masalah ekspor. Karena nilai tambah perdagangan dalam negeri juga sudah besar," katanya.
ANTARA