TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan tak pusing dengan naiknya harga minyak akibat memanasnya hubungan Amerika Serikat dan Iran belakangan ini. "Silakan saja (harga minyak naik). Di sini so far so good," ujar dia di Kantor Kementerian Maritim dan Investasi, Jakarta, Senin, 6 Januari 2020.
Di samping itu, Luhut juga meyakini konflik tersebut tidak bakal memengaruhi aliran modal asing ke Tanah Air. "Enggak juga (berpengaruh), Jumat besok kami akan menerima Adam dari Inter Development Finance Amerika Serikat di bawah White House, dia akan datang kemari membawa uang untuk investasi di BUMN dan juga di beberapa proyek," kata Luhut.
Luhut tidak memperinci berapa besar modal yang akan masuk, namun ia mengatakan nilainya beberapa miliar dolar. Modal itu direncanakan masuk ke proyek jalan tol, hotel, hingga rumah sakit. Ia mengatakan rincian itu akan diumumkan setelah kunjungan.
Dengan demikian, ia menegaskan ketegangan antara dua negara itu tak bakal berpengaruh ke Tanah Air. "Di sana tegang, di sini rileks, jangan sedikit-sedikit tegang," ujar dia.
Harga minyak global sejak akhir pekan lalu meroket ke level di atas US$ 70 per barel akibat perseteruan terbaru antara Iran dan Amerika Serikat. Namun, pasar diminta tenang karena umur harga minyak di level tersebut diperkirakan hanya berlangsung singkat.
Dalam riset yang dirilis Senin 6 Januari 2020, Goldman Sachs Inc. memperkirakan, ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran kemungkinan akan membuat harga minyak tetap tinggi. Namun, sentimen itu saja belum cukup, perlu ada faktor lain yang mengganggu suplai agar harga minyak tetap di atas US$ 70 per barel.
Bank tersebut memproyeksikan, harga minyak Brent yang telah melonjak 6 persen sejak serangan AS terhadap tokoh militer berpengaruh Iran itu, berisiko condong ke situasi negatif. Dalam beberapa pekan mendatang, bila tak ada gangguan besar terhadap pasokan minyak global, harga minyak akan kembali normal. Berdasarkan pantauan Tempo, harga minyak Brent pada Selasa, 7 Januari 2020, berada di angka US$ 68,12 per barel.
BISNIS