TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio meminta agen travel konvensional memperkuat sektor digital agar mampu bersaing dengan online travel agregator atau OTA. Sebab, ia memprediksi, pertumbuhan OTA pada 2020 mendatang kian moncer.
"Pada 2020, travel agen konvensional itu akan kami dorong online. Jadi, bagaimana agen itu melakukan perubahan, tidak hanya mengandalkan penjualan offline," kata Wishnutama saat dihubungi Tempo pada Rabu, 25 Desember 2019.
Merujuk pada data Google e-Conomy SEA 2019 yang disusun oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, pendapatan ekonomi digital di Indonesia hingga akhir 2019 mencapai US$ 40 miliar. Dari total keseluruhan angka tersebut, sektor online travel menyumbangkan kontribusi pendapatan 10,2 persen.
Dari data ini, ia menduga pertumbuhan OTA makin masif pada tahun depan. Apalagi, saat ini pemerintah sedang berupaya mendorong OTA dari luar negeri yang masuk ke Indonesia untuk berbadan hukum.
Seumpama agen konvensional tidak mampu berinovasi dan memperkuat sisi digital, dia khawatir keberadaannya akan tergerus. Menurut mantan bos media itu, inovasi agen travel konvensional bisa dimulai dengan menjual pelbagai paket wisata yang menarik dan lebih detail.
Agen travel konvensional, kata dia, bisa mengandalkan daya tawar kedekatan dengan destinasi wisata yang dijual. "Agen travel kan lebih bisa melihat hotel mana yang enak, lalu bisa dikemas dengan paket wisata yang menarik. Mereka juga bisa menyediakan tour guide sekaligus," katanya.
Detail-detail turunan dari paket wisata itulah, kata Wishnutama, yang selama ini tidak dimiliki oleh OTA. Menurut dia, OTA hanya menjual tiket perjalanan, hotel, dan sewa kendaraan secara lebih umum.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), Pauline Suharno, mengakui perkembangan OTA saat ini sangat menggerus keuntungan agen konvensional. "Sebanyak 80 persen anggota kami masih brick and mortar," ucapnya.
Maksud Pauline adalah skema jasa wisata yang mengharuskan konsumen mendatangi gerai agen secara langsung. Agen konvensional terpaksa bertahan dengan paket wisata berkelompok, seperti korporasi dan studi tur.
"Kami meminta anggota terus meningkatkan kemampuan sumber daya agar pelanggan tetap happy," tutur Pauline.
FRANSISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS PAE DALE