TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yakin defisit transaksi berjalan atau current account deficit akan terus mengecil, bahkan surplus. Hal itu kata dia, akan terwujud pada dua hingga tiga tahun ke depan.
"Kalau CAD US$ 1 miliar atau plus US$ 1 miliar kan bagus, tapi kalau sampai US$ 31 miliar kan pengaruh ke rupiah kita," kata Luhut di kantornya, Selasa, 3 Desember 2019.
Jika CAD terwujud surplus US$ 1 miliar, dia yakin, nilai tukar rupiah menebus di bawah Rp 10 ribu per dolar Amerika Serikat. Salah satu, upayanya, kata dia dengan melakukan hilirisasi dan meningkatkan ekspor.
Hal itu, juga kata dia, didukung oleh penerapan bahan bakar dengan campuran biodiesel 20 persen atau B20 dan B30. Penggunaan bahan bakar itu, menurutnya akan mengurangi impor hingga 29 persen.
"Kalau continue, bisa sampai 35 persen kurang impor energi," kata Luhut. Sektor pariwisata, kata Luhut, terus akan dikembangkan untuk terus dapat menarik devisa, sehingga berdampak menekan CAD.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan defisit neraca transaksi berjalan membaik pada triwulan III 2019. Hal itu kata dia, didukung oleh menurunnya defisit neraca perdagangan migas di tengah surplus neraca perdagangan nonmigas yang stabil.
"Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2019 tercatat sebesar US$ 7,7 miliar (2,7 persen dari PDB), lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai US$ 8,2 miliar (2,9 persen dari PDB)," kata Onny dalam keterangan tertulis, Jumat, 8 November 2019.
Dia mengatakan perbaikan kinerja neraca transaksi berjalan terutama ditopang oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan barang, sejalan dengan menurunnya defisit neraca perdagangan migas di tengah surplus neraca perdagangan nonmigas yang stabil. Membaiknya defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi oleh impor migas yang menurun sejalan dengan dampak positif kebijakan pengendalian impor, misalnya program B20.