TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan akan fokus pada perbaikan di sektor perdagangan, industri dan juga investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun. Hal ini dilakukan setelah dia melihat struktur pertumbuhan ekonomi.
"Kalau lihat dari struktur pertumbuhan ekonomi, konsumsi itu menyumbang 3,5 -3,6 persen, sisanya dari trade dan investasi maka kami musti konsentrasi di trade, industri dan investasi," kata Airlangga ketika ditemui di Hotel Fairmont, Jakarta Selatan, Rabu 6 November 2019.
Dengan sejumlah strategi ini Airlangga percaya diri bahwa momentum pertumbuhan ekonomi masih bisa dijaga sampai akhir 2019. Sampai akhir tahun, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi masih bisa stabil pada kisaran sedikit di atas 5 persen. Sebelumnya, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 5,3 persen. Namun, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya berkisar 5,0-5,2 persen.
Badan Pusat Statistik atau BPS baru saja merilis data pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan III 2019. Sepanjang triwulan III 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,05 persen. Angka ini melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai angka 5,05 persen.
Menurut catatan Airlangga, konsumsi rumah tangga dan juga konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga masih menyumbang 3,5-3,6 persen pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2019. Sedangkan sisanya dari investasi, perdagangan, dan industri.
Baca Juga:
Adapun untuk mendorong investasi, kata Airlangga, pemerintah akan fokus untuk persiapan omnibus law. Kebijakan ini diharapkan bisa memotong kebijakan yang dianggap mengganggu iklim investasi. Selain itu, pemerintah ingin meningkatkan angka ease of doing bussines (EODB).
Kemudian pemerintah akan terus mendorong kebijakan yang bisa membuat perbaikan pada neraca perdagangan. Salah satunya adalah terus menggenjot program pengolahan sawit menjadi biodisel atau B20, B30, B50 hingga B100.
"Kalau dari B100 saja kami bisa hemat sampai Rp 18 miliar. kalau B30 itu sekitar Rp 6 miliar. Dengan demikian tekanan neraca perdagangan dari situ saja sudah bisa diselesaikan," kata Airlangga.
Untuk mendukung program biodiesel B20 sampai B100 pemerintah telah menyiapkan kilang refinery yang bisa mengkonversi sawit menjadi B20 dan B30. Kilang yang kini dimiliki oleh PT Pertamina tersebut, tengah di dorong oleh pemerintah, untuk dimanfaatkan lebih luas.
DIAS PRASONGKO