TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Rusli Abdullah, mengatakan pemerintah perlu menggeber regenerasi petani agar kinerja pertanian dalam negeri membaik. Menyitir data sensus pertanian 2013, ia menilai saat ini jumlah petani milenial tergolong rendah.
“Jumlah petani di bawah usia 35 tahun hanya 12 persen,” ujar Rusli dalam diskusi online Indef bertajuk 'Kabinet Menteri Ekonomi Jilid II: Tantangan dan Harapan’ yang digelar pada Sabtu, 26 Oktober 2019.
Profesi petani sampai sekarang masih didominasi oleh penduduk usia 45 tahun ke atas. Indef mencatat, jumlah petani di atas usia 45 tahun mencapai 60 persen. Dari total 26 juta petani di Indonesia, jumlah petani di atas 45 tahun menyentuh angka 15,8 juta jiwa.
Sedangkan petani di bawah 35 tahun hanya berjumlah 3,3 juta jiwa. Adapun petani dengan rentang usia 35 hingga 45 tahun cuma terdata sebanyak 6,8 juta jiwa.
Rusli mengatakan regenerasi petani menjadi tantangan bagi Kementerian Pertanian di Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024. Menurut dia, regenerasi perlu dilakukan untuk mencegah adanya kelangkaan sumber daya manusia petani yang berakibat pada tingginya upah di sektor pertanian.
Untuk menggeber regenerasi, kata dia, pemerintah perlu lebih dulu melakukan reformasi di bidang pertanian. Misalnya dengan memanfaatkan transformasi teknologi.
"Generasi milenial sangat konsen atau suka apabila ada hal-hal yang berbau teknologi informasi. Penggunaan teknologi informasi bisa menjadi salah satu penarik milenial untuk bertani,” ucapnya. Selain itu, pemerintah perlu mengkaji ulang mekanisme pertanian.
Tak hanya menyoroti ihwal SDM pertanian, Rusli menyatakan Kementerian Pertanian ke depan memiliki lima tantangan lainnya. Di antaranya memperbaiki data pangan, mengantisipasi perubahan iklim, melakukan konsolidasi antar-kementerian terkait, menggeser permintaan pangan dari karbohidrat ke protein, dan melakukan konsolidasi terkait pengelolaan lahan.