TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai bagian dari upaya diplomasi untuk meredakan perang dagang, Cina berjanji akan menggandakan pembelian komoditas pertanian dari Amerika Serikat. Keputuasn ini sebagai bagian dari perjanjian dagang parsial bilateral yang kemungkinan akan diterima dengan baik oleh para petani Amerika.
Menurut Menteri Keuangan Cina Steven Mnuchin, perjanjian tersebut akan meningkatkan pengeluaran tahunan Cina sebesar US$40 miliar hingga US$50 miliar selama dua tahun ke depan. Data pemerintah menunjukkan ekspor komoditas pertanian AS ke Cina mencapai US$19,5 miliar pada 2017.
Jika disahkan, kesepakatan untuk meningkatkan impor produk pertanian dari AS ini akan menjadi pertolongan bagi produsen Amerika yang menderita dari harga yang tertekan di tengah kenaikan tarif. Cina adalah konsumen kedelai, babi, dan kapas terbesar di dunia.
Presiden Donald Trump bahkan menyarankan para petani untuk membeli lahan dan mesin traktor tambahan sebagai tanggapan dari tahap pertama kesepakatan dagang dengan Cina. "Tingkat pengeluaran menunjukkan bahwa mereka [Cina] mungkin berencana membeli lebih banyak daging babi AS, kedelai, jagung dan etanol," kata Kepala Ekonom Komoditas INTL FCStone Inc. Arlan Suderman, dikutip melalui Bloomberg, Sabtu 12 Oktober 2019 waktu setempat.
Menurut sejumlah sumber, awal pekan ini para pejabat Cina telah membahas penawaran untuk membeli total volume kedelai AS yang bisa melebihi 30 juta ton. Sebelum perang dagang, negara Asia tersebut dapat membeli 30 juta hingga 35 juta ton kedelai pada tahun normal.
Menurut seorang analis pasar komoditas biji-bijian di Farm Futures, Bryce Knorr, realisasi dari pembelian ini sangat bergantung dari jumlah yang dipesan. "Presiden Trump berfokus pada jumlah total dolar karena tujuannya adalah defisit perdagangan. Kami menghasilkan US$29 miliar dengan Cina pada 2013, sebagian berkat beberapa kedelai yang harganya sangat mahal," kata Knorr.