TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM Ignasius Jonan kapasitas terpasang listrik di Indonesia masih kalah jauh dengan Cina. Saat ini kapasitas terpasang pembangkit listrik di Cina telah mencapai angka 1.100 gigawat (GW).
Menurut Jonan, hingga akhir 2019, kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia baru mencapai 69-70 GW. Ia memperkirakan pada 2024 kapasitas terpasang listrik menyusul konstruksi pembangkit megaproyek 35 GW, baru mencapai 90-100 GW.
"Kapasitas terpasang di Cina adalah 1.100 GW itu kalau dibanding kapasitas terpasang yang dimiliki Indonesia sekitar 15 kalinya. Jumlah penduduknya empat kali Indonesia tetapi kapasitas terpasangnya 15 kali," ujar Jonan dalam pidatonya di acara peringatan Hari Listrik di Jakarta Selatan, Rabu 9 Oktober 2019.
Selain total kapasitas terpasang yang masih kalah jauh tertinggal, Jonan juga menyebut kapasitas terpasang untuk pembangkit dari renewable atau energi terbarukan juga tertinggal. Menurut dia, dari total 1.100 GW, kapasitas terpasang energi terbarukan mencapai 300 GW.
Meski masih tertinggal, kata Jonan, upaya peningkatan kapasitas listrik sudah sangat baik. Sebab, dalam kurun waktu 5 tahun pemerintahan berhasil menambahkan kapasitas listrik hingga 40 persen sejak 2014.
Adapun pada 2014, kapasitas listrik terpasang di Indonesia baru mencapai 50 GW. Sedangkan data PLN mencatat, hingga triwulan I/2019, kapasitas pembangkit terpasang mencapai 58 GW. Sedangkan, diperkirakan hingga akhir tahun kapasitas bisa meningkat menjadi 69 GW.
"Jadi ada 19 GW tambahan kapasitas terpasang selama lima tahun ini. Saya terima kasih sama IPP dan PLN, angka ini sebesar 40 persen dalam waktu lima tahun," kata mantan Menteri Perhubungan ini.
Ke depan, Jonan berharap PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN bisa lebih terbuka untuk terus meningkatkan pembangkit listrik dari energi terbarukan. Sebab, pembangunan infrastruktur listrik tidak bisa hanya memperhatikan kondisi jangka pendek tetapi juga jangka panjang.