TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi di Wamena yang kembali memanas hari ini dinilai bakal membuat bisnis perhotelan di Papua makin lesu. "(Okupansi) Mungkin turun lagi. Kemarin saja sudah menurun 60 persen," kata Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran atau PHRI Papua Syahril Hasan pada Tempo, Senin, 23 September 2019. Padahal okupansi hotel di daerahnya sudah melorot sejak konflik menolak rasisme pecah pada Agustus lalu.
Sebelum demo massa terjadi, okupansi hotel rata-rata per hari mencapai 60 hingga 70 persen. Tingkat keterisian hotel lantas jeblok menjadi hanya 30-40 persen setelah kondisi sosial di Papua bergejolak.
Pagi ini, situasi di Wamena dikabarkan memanas lantaran massa kembali turun ke jalan. Syahrir memastikan pengusaha hotel di Wamena telah meningkatkan keamanan. "Ada pengetatan keamanan. Kami dibantu Brimob," ujarnya.
PHRI mencatat ada delapan hotel yang berdiri di Wamena dengan jumah 80 kamar. Seluruhnya merupakan hotel bintang dua. Peningkatan keamanan hotel pun tidak hanya dilakukan di Wamena, tapi juga hotel-hotel di seluruh Papua.
Mengerucut di Kota Papua, ada sembilan hotel dengan total 60 kamar. Sebagian besar merupakan hotel bintang tiga dan emat, sementara sisanya merupakan hotel melati.
Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Provinsi Papua Erick Ohee mengatakan kunjungan wisatawan nusantara di beberapa destinasi unggulan di Provinsi Papua, khususnya Jayapura, turut merosot.
Erick mengatakan penurunan jumlah wisatawan nusantara mencapai 90 persen. Penurunan jumlah pengunjung tampak terasa di Jembatan Holtekamp atau Jembatan Merah di kawasan Tanjung Siberi yang rencananya bakal diresmikan Presiden Joko Widodo alias Jokowi beberapa pekan lalu.