TEMPO.CO, Labuan Bajo - Tak sari-sarinya Hadi, 40 tahun, bangun sebelum matahari terbit. Manajer Mesin Kapal Sea Safari VII yang saban hari bekerja di perairan Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, itu tampak lebih sibuk ketimbang biasanya pada Jumat, 20 September 2019.
"Ya, hari ini ada pemeriksaan (uji kelayakan atau uji petik) kapal," ujar Hadi kala ditemui Tempo di Pelabuhan Labuhan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat siang, 20 September 2019.
Di lambung kapal, sepagian Hadi sibuk bergelut dengan mesin penuh oli. Ia mengecek semua komponen dan memastikannya memperoleh predikat layak ketika diperiksa tim
Pejabat Pemeriksa Kapal dari Kementerian Perhubungan.
Hari itu sebenarnya bukan hari pemeriksaan kelayakan alias uji petik. Sesuai dengan Surat Persetujuan Berlayar, tenggat untuk uji kelayakan kapal yang diawakinya baru dilakukan bulan depan. Sebab, sertifikat kapal milik bosnya yang seorang taipan Surabaya itu berlaku sampai 28 Oktober 2019. Pengecekan hari ini termasuk di luar kebiasaan karena kepentingannya untuk kampanye keselamatan.
Mengancik pukul 08.00 WITA, pria asli Blitar itu sudah berjaga di dek kapal. Ia menunggu Pejabat Pemeriksa Kelayakan Kemenhub datang. Merekalah nanti yang bakal memeriksa kelayakan kapal. Biasanya, di jam yang sama, ia baru beranjak bangun dan memulai pekerjaan.
Dua Pejabat Pemeriksa Kelayakan Kemenhub secara bergantian langsung menemui Hadi kala tiba di kapal. Kedua pejabat tersebut ingin memeriksa mesin di bagian lambung kapal. Hadi mengajak para pejabat memasuki area yang dimaksud.
Ada sebuah tangga menukik terbuat dari besi di sana. Tangga itu menghubungkan dek dan bagian labung kapal. Itulah satu-satunya jalan menuju ruang mesin. Dari pintu besi yang terbuka, deru kapal terdengar lekat di kuping.