TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Indonesia harus mulai bersiap mengantisipasi gejolak mata uang Yuan, yang saat ini sedang mengalami devaluasi atau pelemahan mata uang terhadap dolar Amerika Serikat. Ia mengatakan kondisi ini dapat berpotensi memunculkan persaingan kurs.
Hal ini disampaikan dalam rapat terbatas yang digelar Presiden Joko Widodo bersama menteri-menteri ekonominya, Selasa, 13 Agustus 2019. Mereka mengatakan terus memantau situasi Yuan selama ini, hingga akhirnya bisa mengalami devaluasi.
"Perkembangan terakhir bagaimana menembus 7 Yuan per dollar itu. Apakah itu dianggap sebagai awal terjadinya persaingan dari sisi currency," kata Sri Mulyani, saat ditemui usai rapat.
Sri Mulyani mengatakan saat ini pemerintah terus meninjau situasi Yuan juga kondisi Amerika Serikat, sebagai negara yang sedang berperang dagang dengan Cina. Dinamika kebijakan di dalam negeri Amerika Serikat mulai dari Federal Reserve, hingga trade policy-nya Presiden Donald Trump, terus diperhatikan.
Sri Mulyani juga mengatakan resiko yang muncul dari negara-negara emerging lain, seperti Argentina, Brazil, Meksiko, juga Hong Kong, ikut diperhitungkan. Kondisi negara-negara ini ditambah dengan situasi Amerika Serikat dan Cina, menurut Sri Mulyani, mau tak mau pasti akan berimbas pada Indonesia.
"Entah itu dari dalam bentuk nilai tukar rupiah kita juga akan terpengaruh, indeks harga saham kita, bonds kita, SGSN kita. Itu semua akan terpengaruhi," kata Sri Mulyani.
Pada awal pekan ini, Yuan menembus level 7 per dolar Amerika Serikat. Hal ini membuat sebagian besar mata uang Asia termasuk Rupiah terbawa melemah terhadap dolar Amerika Serikat.