TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pengadaan Strategis 2 PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Djoko Raharjo Abumanan memperkirakan PLN rugi Rp 90 miliar lebih akibat padam listrik di Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Jumlah itu, kata dia, jika harga listrik dihitung kasar dengan rata-rata Rp 1.000 per kWh.
"Ya Rp 90 miliar minimal lost, rugi. Belum didendain tadi kalau ada kompensasi," kata Djoko di kantor Unit Induk Pusat Pengatur Beban Gandul, Depok, Ahad, 4 Agustus 2019.
Dia mengatakan kebutuhan listrik saat ini di Jakarta, Jawa Barat, dan Banten sekitar 22 ribu Megawatt pada hari libur. Dari jumlah itu, terdapat selisih 9 ribu MW berpotensi lost per jam.
"Berarti hilang 9 ribu MW. Hilang katakanlah 10 jam. Dikalikan Rp 1.000 (kWh). Kan rata-rata (tarif listrik) Rp 1.000 per kWh. Tapi itu kan hilangnya Megawatt," kata dia.
Menurut dia, daya 9 ribu MW dikalikan 10 jam menjadi 90 ribu MW. Dengan asumsi demikian, daya tersebut kemudian bisa dikalikan tarif per MW yang rata-rata Rp 1 juta.
Adapun kata Djoko, jualan listrik PLN mencapai Rp 300 triliun per tahun. Jawa merupakan ini 80 persen pendapatan di. Namun, kata dia yang mati saat ini, sekitar 50 persen wilayah dari pendapatan di Jawa.
Sebelumnya terjadi pemadaman listrik dari pukul 11.48 hingga hampir tengah malam di Jawa Barat, Jakarta dan Banten. Hal itu berawal dari gangguan beberapa kali pada Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (SUTET) 500 kV Ungaran- Pemalang.
GM Unit Induk Pusat Pengatur Beban PLN Edwin Nugraha Putra menjelaskan padam listrik kali ini disebut N minus 3. Dia mengatakan N minus 3 artinya terdapat 3 yang terganggu. Yaitu, kata dia, di Pemalang-Ungaran terdapat dua sirkuit listrik di sistem utara. Kemudian di sisi selatan atau di Depok dan Tasialaya ada pemeliharaan 1 sirkuit.
"Sehingga ada total ada tiga sirkuit. Nah dua sirkuit di atas gangguan. Jadi langsung ada tiga sirkuit totalnya, disebut. N minus 3. Gangguan N minus 3 tadi, terjadi satu kondisi yang disebut tegangan turun dengan cepat sehingga sirkuit yang bertahan tadi lepas. Akibatnya terlepaslah sistem barat dan timur," kata GM Unit Induk Pusat Pengatur Beban PLN tersebut. "Ini makanya kita sekarang emergency".
HENDARTYO HANGGI