TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia berhasil mengukuhkan diri sebagai negara eksportir terbesar di Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Ketua Halal Lifestyle Center Sapta Nirwandar mengatakan, pada 2018 lalu nilai ekspor Indonesia menuju negara anggota OKI menembus U$,762 miliar.
BACA: Disentil Jokowi, Jonan Salahkan Industri Manufaktur Minim Ekspor
Dalam hal ini, Indonesia menguasai 3,07 persen porsi ekspor menuju ke sesama negara anggota OKI. Di bawah Indonesia terdapat Malaysia yang memiliki porsi ekspor ke negara OKI sebesar 2,07% dan disusul oleh Uni Emirat Arab dengan 2,02 persen.
Sayangnya, produk yang paling banyak dijual RI didominasi barang mentah. Menurut Sapta, hal ini disebabkan oleh belum banyaknya produk hilir Indonesia yang memiliki sertifikat halal, terutama produk makanan dan minuman.
"Kita masih mengekspor dalam bentuk barang mentah, seperti minyak nabati, teh, kopi dan perikanan. Berbeda dengan negara anggota OKI lain yang sudah mulai beralih ke produk bernilai tambah atau produk hilir,” jelasnya kepada Bisnis.com, Rabu 10 Juli 2019.
Walhasil, produk hilir Indonesia harus kalah dengan komoditas serupa dari Malaysia, yang mayoritas produknya sudah memiliki sertifikat halal. “Indonesia juga bisa terancam kalah bersaing dalam hal ekspor ke negara OKI dengan negara nonnggota OKI, seperti Vietnam. Mereka tidak bergabung dalam OKI, namun mereka paham kelompok negara ini punya pangsa pasar besar, maka mereka berusaha membuat produk hilirnya memuat ketentuan halal,” Sapta menjelaskan.
Baca: Jokowi Desak Menteri Percepat Izin Usaha Berorientasi Ekspor
Untuk itu, dia berharap produsen makanan dan minuman, farmasi serta kosmetika Indonesia segera mendaftarkandiri untuk mendapatkan sertifikasi halal dari pemerintah. Hal itu dibutuhkan agar produk hilir ekspor Indonesia, dapat mengamankan dan memperluas pangsa pasarnya.