TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga riset regional, Asean +3 Macroeconomic Research Office (AMRO), memprediksi bahwa Indonesia tidak akan terlalu terdampak perang dagang AS-Cina. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi domestik masih bisa mencapai 5,1 persen pada tahun ini.
Baca: G20 Ingatkan Risiko Perang Dagang AS-Cina terhadap Pertumbuhan
“Karena Indonesia tidak termasuk dalam rantai pasok global industri manufaktur, khususnya elektronik,” kata Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor, Selasa 18 Juni 2019.
Kendati demikian, AMRO menilai Indonesia bisa memanfaatkan kondisi perang dagang ini dengan mengundang industri manufaktur dari Cina. Mereka kini justru tengah menyasar Vietnam, Thailand, Malaysia dan Kamboja sebagai tujuan relokasinya.
Menurut Khor, dampak perang dagang akan dirasakan oleh negara-negara yang memiliki kerja sama ekspor langsung dengan Cina dalam nilai yang besar. Negara-negara ini juga dapat terkena dampak tidak langsung melalui jalur rantai nilai global ke luar kawasan. Khor memperkirakan dampaknya akan cukup signifikan dalam jangka pendek
Dampak dari perang dagang, kata Khor, lebih terasa bagi negara-negara dengan perekonomian yang lebih terbuka dan bergantung pada perdagangan global seperti Hong Kong, Korea, Malaysia, dan Singapura, serta Vietnam.Jika dampak perang dagang ini cukup signifikan, AMRO memperkirakan pertumbuhan ekonomi kawasan Asean +3 sebanyak 40 basis poin (bps) dari 5,3 persen pada 2018 menjadi 4,9 persen pada 2019 dan 2020.
Baca juga: Gerindra Tuding Pernyataan Sri Mulyani dan Darmin Nasution Hoaks
Dampak proteksionisme perdagangan ke kawasan akan ditransmisikan melalui jalur ekspor dan rantai pasok global serta diperkuat oleh efek rambatan ke pelemahan ekonomi global. “AS dan Cina akan sama-sama dirugikan, terlebih jika tambahan kebijakan non-tarif juga diterapkan,” kata Khor.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dalam pemaparannya di sidang paripurna DPR mengatakan, sentimen dagang yang berimbas pada perlambatan pertumbuhan ekonomi global telah dibahas oleh negara-negara anggota G20. Dalam pertemuan yang dilaksanakan di Jepang baru-baru ini, Sri Mulyani menyebut anggota G20 sudah mewaspadai adanya risiko perdagangan yang makin besar hingga akhir tahun ini sebagai akibat dari perang dagang AS-Cina.
BISNIS | FRANCISCA CHRISTY ROSANA