TEMPO.CO, Jakarta - Direktur IT & Operation PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Andi Nirwoto mengatakan sampai Juni perseroan baru mengalokasikan 17 persen dari Rp 500 miliar belanja modal untuk teknologi dan informasi atau TI.
Baca juga: Genjot Pertumbuhan, Sri Mulyani: Butuh Investasi Rp 5.823 Triliun
Menurutnya, dana sebesar Rp 85 miliar itu telah digunakan untuk inovasi aplikasi digital dan kapasitas pendukung digital. Sementara sisanya, juga masih direncanakan untuk pengembangan produk digital baru yang rencananya akan dirilis pada Semester II/2019 nanti.
“Kami ada perencanaan produk digital yang saat ini masih dalam proses, karena ini perlu rancangan yang berbeda. Produknya tentu untuk mendukung bisnis BTN dan diharapkan rilis semester II nanti,” katanya kepada Bisnis, Jumat, 14 Juni 2019.
Sisi lain, perseroan masih menyiapkan pembentukan perusahaan ventura untuk keikutsertaan dalam produk LinkAja milik PT Finarya. Saat ini, Andi menyebut, perseroan masih fokus memperkaya merchant atau mitra kerja sama.
Adapun Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Bank Mandiri Rico Usthavia Frans pun mengatakan saat ini serapan belanja modal TI perseroan masih sesuai peruntukannya. Sayangnya dia enggan merinci jumlah yang telah diserap.
Sebagai gambaran, pada tahun ini, Bank Mandiri memiliki anggaran belanja modal IT sekitar Rp 2 triliun.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mencatat penyerapan belanja untuk pengembangan teknologi dan informasi sebesar 15 persen per Maret 2019.
Tahun ini BNI memiliki anggaran untuk teknologi dan informasi atau TI sebesar Rp 900 miliar. Artinya, sekitar Rp 225 miliar telah teralokasikan sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.
Direktur Teknologi Informasi dan Operasi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Dadang Setiabudi mengatakan sampai akhir tahun belanja modal untuk TI telah dan akan difokuskan pada empat hal.
Pertama, peremajaan infrastruktur TI. Kedua, peningkatan aspek security TI. Ketiga, perluasan akses e-channel. Keempat, sebagai solusi guna mendukung bisnis digital perseroan baik yang sudah berjalan dan yang masih direncanakan.
“Penyerapan kuartal I/2019 sudah 15 persen dan masih akan berlanjut ke depan,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.
Dadang mengemukakan selain pengembangan digital secara internal, perseroan juga masih fokus menggandeng kerja sama dengan perusahaan tekfin. Saat ini sekitar 600 perusahaan tekfin telah bermitra dengan perseroan terutama untuk payment gateway melalui virtual account.
Tahun ini diharapkan jumlah tersebut masih akan bertambah. Sementara itu, untuk kerja sama dengan perusahaan pembiayaan atau P2P Lending, menurut Dadang, BNI telah bermitra dengan 40 perusahaan.
Sisi lain, bulan ini perseroan dengan sandi saham BBNI ini masih akan merampungkan pembentukan perusahaan ventura. Pasalnya, perseroan telah menganggarkan Rp 250 miliar untuk mencaplok perusahaan tekfin.
Sebelumnya, Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan dalam mengakuisisi perusahaan tekfin, perseroan membutuhkan kendaraan yakni venture capital. Menurutnya, rencana perseroan ini telah terbesit sejak tahun lalu.
Namun, melihat urgensi pada tahun lalu belum begitu kuat perseroan pun kembali berniat mengimplementasikan pada tahun ini. Apalagi BNI akan menjadi 20 persen pemilik PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) di bawah bendera Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
“Rencananya kami akan akuisisi satu fintech dulu, kalau melihat timeline pada kuartal II/2019 ini,” katanya.
Baca berita Belanja Modal lainnya di Tempo.co
BISNIS