TEMPO.CO, Jakarta - Usai demo menolak hasil pemilu pada Selasa malam, 21 Mei 2019, kondisi luar pertokoan Sarinah, Jakarta Pusat kini terlihat memprihatinkan. Pada Kamis dini hari, terlihat beberapa kerusakan terjadi di gedung perbelanjaan modern pertama yang diresmikan tahun 1946 oleh Presiden Soekarno ini.
Baca: Pengusaha: Aktivitas Logistik di Tanah Abang Lumpuh akibat Demo
Dari pantauan di lokasi, beton concrete block jalan di areal parkir Sarinah terlihat tercerabut, tembok pondasi pertokoan dibobol, pot dipecahkan, bahkan pot permanen dan kamera CCTV sudah tidak pada posisinya.
Seorang petugas keamanan Gedung Sarinah Arnold (bukan nama sebenarnya) mengatakan dirinya tidak mengetahui siapa pelaku perusakan, namun dirinya menduga itu dilakukan oleh massa aksi. "Saya tidak tahu itu. Posisi saya di belakang tadi, tapi ini tadi kayaknya tadi pas kerusuhan. Soalnya sebelumnya baik semua kondisinya," kata Arnold.
Sementara Reja (bukan nama sebenarnya) mengatakan kemungkinan berbagai infrastruktur tersebut digunakan sebagai barang-barang untuk keperluan aksi massa yang berakhir rusuh tersebut. "Tadi bang pot yang paten aja bisa diangkat dari pondasinya saya juga aneh kuat-kuat mereka," kata Reja.
Gedung pertokoan modern Sarinah, memang sejak Rabu pagi kemarin dalam keadaan tertutup dan tidak ada aktivitas. Diketahui, bentrokan antara pihak kepolisian dengan massa aksi sudah terjadi sejak Rabu malam lalu pada pukul 20.15 WIB.
Bentrokan terjadi setelah pihak kepolisian berupaya membubarkan massa aksi yang masih bertahan di depan gedung Bawaslu. Sementara pada Kamis dini hari kondisi di sekitar Bawaslu sudah cukup kondusif, namun massa masih terkonsentrasi di Jalan Agus Salim (Sabang) dan Wahid Hasyim arah Gondangdia, serta sekitar 150 meter Jalan Wahid Hasyim arah Tanah Abang dari perempatan Sarinah.
Dalam kerusuhan tersebut, warung sate dan pos polisi Jalan Agus Salim (Sabang) samping rumah makan Garuda terbakar, pos polisi yang terletak di tengah persimpangan Sarinah dan dua motor wartawan juga menjadi objek pembakaran massa.
Polisi mengamankan sekitar delapan belas orang yang diduga anggota massa aksi dengan satu orang di antaranya dalam keadaan luka berat yang dimasukkan ke mobil tahanan dan mobil medis untuk kemudian diarahkan ke Mapolda Metro Jaya.
Dari informasi yang beredar, satu orang pewarta dari salah satu media online juga ikut diamankan karena dianggap melakukan hal yang berlebihan saat polisi mengamankan anggota massa.
Baca: Ada Demo di Jakarta, Aprindo: Tempat Perbelanjaan Tetap Buka
Hingga saat ini belum ada konfirmasi baik dari media yang bersangkutan ataupun pihak kepolisian mengenai kabar tersebut. Sebelumnya, Polda Metro Jaya merilis sudah ada 257 massa aksi pada demo di Bawaslu pada 22 Mei 2019 yang berakhir ricuh, diamankan oleh petugas kepolisian.
ANTARA