TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memperkirakan industri makanan dan minuman bakal tumbuh di atas 9 persen pada 2019 lantaran adanya tambahan investasi yang bakal masuk. Untuk tahun ini, Airlangga menyebut akan ada penanaman modal baru sebesar Rp 79 triliun.
Baca juga: 2018 Tahun Politik, Industri Makanan Diyakini Tumbuh Positif
Sebanyak Rp 63 triliun akan ditanam pada sektor industri makanan dan minuman. “Naik 11 persen dari tahun lalu,” kata Ketua Umum Partai Golkar ini dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu, 20 April 2019.
Sementara Rp 2,8 triliun akan berasal dari industri alas kaki dan Rp 14 triliun dari industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sebesar Rp 14 triliun. Khusus untuk investasi di industri TPT ini, kata Airlangga, jumlahnya juga meloncak hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Saat ini, industri makanan dan minuman, alas kaki, dan TPT ini sebenarnya masih menempati urutan lima besar dengan pertumbuhan paling tinggi. Pada 2018, industri kulit dan alas kaki tumbuh sebesar 9,42 persen. Sementara industri TPT dan makanan dan minuman masih di bawah 9 persen, masing-masing 8,73 persen dan 7,91 persen.
Ketiga sektor industri ini masih tergolong sebagai industri padat karya yang membutuhkan banyak tenaga kerja. Oleh karena itu, kata Airlangga, pemerintah menjadikan subsector industri padat karya tersebut sebagai motor pertumbuhan manufaktur serta penyumbang ekspor pengolahan nonmigas.
Sementara dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS), industri manufaktur besar dan sedang (IBS) mencatatkan pertumbuhan 4,07 persen. IBS makanan tumbuh melebihi angka itu, yaitu mencapai 7,4 persen. IBS makanan ini pun memberikan kontribusi terbesar mencapai 25,41 persen.
Sedangkan untuk industri manufaktur kecil (IMK), pertumbuhannya mencapai 5,66 persen. Di bagian ini, pertumbuhan IMK makanan justru lebih rendah, hanya 4,7 persen. Namun, kontribusinya masih yang paling tinggi dari seluruh IMK yaitu 22,37 persen.
Baca berita industri makanan lainnya di Tempo.co