TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mencatat utang luar negeri Indonesia sebesar US$ 388,7 miliar hingga akhir Februari 2019, dengan komposisi utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 193,8 miliar, serta utang swasta termasuk BUMN sebesar US$ 194,9 miliar. Angka tersebut naik US$ 4,8 miliar dibandingkan posisi pada akhir periode sebelumnya.
Baca juga: Debat Terakhir Capres, Isu Utang Berpeluang Ikut Dibahas
Berdasarkan publikasi Statistik Utang Luar Negeri Indonesia edisi April 2019, Tempo mencatat ada lima negara yang memberi utang paling banyak untuk Indonesia, yakni Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Cina, dan Hong Kong.
Sebagai pemberi utang terbanyak, Singapura tercatat menyalurkan US$ 64,064 miliar. Setelah itu, Jepang menyusul dengan menyalurkan utang US$ 29,91 miliar, AS US$ 21,237 miliar, Cina US$ 17,745 miliar, dan Hong Kong US$ 14,044 miliar.
Dari siaran pers Bank Indonesia, terlihat secara tahunan utang luar negeri Indonesia tumbuh 8,8 persen pada Februari 2019 dibanding tahun sebelumnya. Angka itu meningkat bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya 7,2 persen year-on-year. Peningkatan pertumbuhan utang luar negeri tersebut terutama bersumber dari pertumbuhan utang luar negeri pemerintah.
Utang luar negeri pemerintah meningkat pada Februari 2019 untuk membiayai sektor-sektor yang produktif. Posisi utang luar negeri pemerintah pada Februari 2019 sebesar US$ 190,8 miliar atau tumbuh 7,3 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,9 persen (yoy).
Pertumbuhan utang luar negeri pemerintah tersebut terutama dipengaruhi arus masuk dana investor asing di pasar SBN domestik selama Februari 2019, yang menunjukkan peningkatan kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia.
Selain itu, pada Februari 2019 pemerintah menerbitkan Global Sukuk, untuk mendukung pembiayaan fiskal dalam kerangka Green Bond dan Green Sukuk. Masuknya aliran dana utang luar negeri kepada pemerintah memberikan kesempatan lebih besar bagi pembiayaan belanja negara dan investasi pemerintah.
Sektor-sektor prioritas yang dibiayai melalui utang luar negeri pemerintah merupakan sektor-sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat, antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor konstruksi, sektor jasa pendidikan, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, serta sektor jasa keuangan dan asuransi.
Sementara itu, posisi utang luar negeri swasta pada Februari 2019 sebesar US$ 1,3 miliar. Angka itu tumbuh sebesar 10,8 persen (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya.
Utang luar negeri swasta sebagian besar dimiliki oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa utang luar negeri di keempat sektor tersebut terhadap total utang luar negeri swasta mencapai 74,2 persen.
ANTARA