TEMPO.CO, Mataram - Sejak gencana gempa Lombok hampir setahun silam, kondisi industri pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) masih memprihatinkan. Tingkat hunian kamar hotel (okupansi) selama bulan Februari 2019 hanya 32,63 persen, makin turun dibanding kondisi Januari 2019 yang mencapai 32,84 persen.
Baca: Menko Perekonomian Darmin Nasution: Penerapan KEK Batam Bertahap
Penurunan okupansi hotel tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB,Suntono, Senin 1 April 2019. ''Pariwisata NTB belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan tahun ini,'' kata dia.
Menurut Suntono, jika dibandingkan dengan okupansi hotel bintang pada bulan Februari 2018 yang sebesar 40,60 persen, artinya ada penurunan sebesar 7,97 persen. Adapun okupansi Hotel Non Bintang bulan Februari 2019 juga lebih rendah lagi, hanya sebesar 20,60 persen atau turun 3,77 persen dibanding bulan Januari 2019.
BPS mencatat bahwa rata-rata lama menginap (length of stay) tamu hotel bintang di NTB pada bulan Februari 2019 tercatat 2,16 hari. Ini turun sebesar 0,75 hari dibandingkan dengan lama menginap bulan Januari 2019 yang sebesar 3,16 hari.
Jumlah tamu yang menginap di hotel bintang pada bulan Februari 2019 tercatat 44.654 orang. Ini terdiri dari 34.822 orang tamu domestik (77,98 persen) dan 9.832 orang tamu dari luar negeri (22,02 persen).
Jumlah wisatawan asing yang datang melalui penerbangan langsung di Lombok Internasional Airport bulan Februari 2019 sebanyak 3.588 orang. Wisatawan terbanyak adalah dari Malaysia yakni 1.517 orang, dan dari Cina 670 orang.