TEMPO.CO, Jayapura - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menargetkan Jembatan Holtekamp di Jayapura bisa beroperasi pada Juli 2019 mendatang. Pengoperasioan jembatan itu efektif dilakukan setelah jalan akses rampung diaspal.
Baca: Sri Mulyani Ungkap Penyebab Anggaran Rp 9,17 T di PUPR Diblokir
Jembatan pelengkung ini bakal memangkas waktu tempuh dari Kota Jayapura menuju Distrik Muara Sarmi dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw. Saat ini pembangunan dan pelengkung pada bentang utama jembatan sepanjang 433 meter telah rampung.
Baja pelengkung ini dibuat PT PAL (Persero) di Surabaya kemudian dibawa ke lokasi jembatan di Teluk Youtefa. "Ini jembatan pelengkung pertama yang dibuat di tempat lain lalu di bawa ke sini (lokasi jembatan)," ujar Basuki saat meninjau Jembatan Holtekamp, Ahad malam, 31 Maret 2019.
Basuki menambahkan, pembangunan Jembatan Holtekamp merupakan hasil kolaborasi pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kementerian PUPR dalam hal ini, selain membangun dan memasang bentang utama juga membangun jalan akses sepanjang hampir satu kilometer serta jembatan pendekat sisi Holtekamp sepanjang 30 meter.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Papua membangun jalan pendekat sisi Holtekamp sepanjang 600 meter dan jembatan pendekat sisi Holtekamp sepanjang 270 meter. Adapun, Pemerintah Kota Jayapura membangun jalan pendekat sisi Hamadi sepanjang 320 meter.
Basuki menuturkan, Kementerian PUPR juga tengah mempercepat pengaspalan jalan akses sepanjang tujuh kilometer dari Jembatan Holtekamp menuju PLBM Skouw. Pengaspalan jalan ditargetkan bisa rampung pada Juli 2019 dan bisa diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.
Secara keseluruhan, pembangunan Jembatan Holtekamp yang mencakup bentang utama dan jalan pendekat menelan anggaran Rp1,88 triliun. Basuki mengungkapkan, penamaan Jembatan Holtekamp belum final karena masih ada beberapa usulan yang dipertimbangkan. "Salah satu usulan Jembatan Youtefa karena memang berada di daerah Teluk Youtefa," tuturnya.
Pejabat Pembuat Komitmen Jembatan Holtekamp Irfan Hidayat mengatakan keberadaan jembatan bakal memangkas waktu tempuh satu jam bagi warga Jayapura yang hendak menuju PLBM Skouw maupun daerah Muara Sarmi. Tanpa jembatan, warga harus menempuh jalan memutar dengan kontur perbukitan.
Kondisi akses yang sulit ini menyebabkan distribusi penduduk Kota Jayapura tidak merata. Adapun distrik Muara Sarmi yang memiliki wilayah terluas justru menjadi distrik dengan populasi terendah.
Baca: Diskon Tarif Tol Trans Jawa Diperpanjang Sampai Lebaran
Luas distrik ini mencapai 626 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 11.033 jiwa. Populasi penduduk Kota Jayapura paling banyak di Distrik Abepura (73.158 jiwa) kemudian disusul Jayapura Selatan (66.937 jiwa), Jayapura Utara (65.039 jiwa), dan Heram (40.435 jiwa).
BISNIS