TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata Arief Yahya meminta maskapai tidak menaikkan harga tiket pesawat secara mendadak agar permintaan di masyarakat tetap terjaga dan industri penerbangan tidak mengalami goncangan. Permintaan itu juga seusai dengan sikap dari Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi terkait fenomena kenaikan tiket pesawat beberapa minggu terakhir.
Baca: Ombudsman Sebut 3 Sebab Jumlah Penumpang Pesawat ke Jawa Turun
Beberapa waktu lalu, kata Arief, maskapai sempat menaikkan harga tiket sangat tinggi dan mendadak, seperti tujuan Padang yang naik hingga 210 persen. Padahal, kata dia, kenaikan harga tiket sebesar 10 hingga 20 persen membuat permintaan tiket di masyarakat berpotensi ikut turun 20 persen. "Itu mengapa sekarang, puluhan rute ditutup, banyak yang komplain dan demo. Yang paling turun di Cengkareng (Bandara Soekarno Hatta)," kata Arief dalam penandatanganan kerja sama dengan Tiket.com di SKYE Bar and Restaurant, Menara BCA, Jakarta Pusat, Senin, 4 Maret 2019.
Arief meminta kenaikan harga tiket pesawat tidak mengagetkan. "Kalau naik jangan mendadak dan besar. Boleh naik besar tapi secara bertahap, atau naik mendadak tapi kecil saja," kata dia.
Ihwal kenaikan harga tiket pesawat ini mulai mencuat ketika seorang netizen bernama Iskandar Zulkarnain berinisiatif membuat petisi online di laman Change.org, meminta penurunan harga. Dalam hitungan hari, petisi yang dibuat tanggal 20 Desember 2018 itu kemudian ditandatangani oleh puluhan ribu netizen dan menarik perhatian pemerintah.
Setelah melewati berbagai pembicaraan, pemerintah pun akhirnya turun tangan melakukan berbagai upaya menekan harga tiket karena ternyata cukup berpengaruh pada inflasi dan pariwisata. Akhirnya, pada 14 Februari 2019, maskapai Garuda Indonesia Group resmi mengumumkan penurunan harga tiket pesawat di seluruh rute penerbangan sebesar 20 persen.
Baca: Tiket Pesawat Garuda Jakarta - Padang Masih Dijual Rp 2 Juta
Dampak dari harga tiket yang telanjur naik itu, ditambah adanya kebijakan bagasi berbayar, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa sepanjang Januari 2019, jumlah penerbangan nasiional telah anjlok 16,07 persen (month-to-month/mtm) dan 12,55 persen (year-on-year/yoy). Bandara Soekarno Hatta menjadi yang paling terdampak dengan penurunan hingga 23,3 persen.
Berbagai upaya, kata Arief, memang telah dilakukan seperti meminta PT Pertamina (Persero) menurunkan harga bahan bakar pesawat alias avtur. Tapi dari pantauannya, Arief melihat harga tiket pesawat masih tetap tinggi. "Jadi sangat dihimbau kepada pemain-pemain maskapai ini, karena banyak yang terdampak," kata dia.