TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah bakal menjaga inflasi sepanjang 2019 di level 3,5 persen plus minus 1 persen, atau sama dengan level yang ditetapkan di tahun 2018. Salah satu cara yang ditempuh adalah mengontrol inflasi dari volatile food alias komponen bergejolak maksimal di kisaran 4 sampai 5 persen.
BACA: BI Antisipasi Dampak Kenaikan Suku Bunga terhadap Inflasi
"Dilakukan dengan 4K, keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, komunikasi yang efektif," kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian, Iskandar Simorangkir, saat ditemui usai mengikuti rapat Tim Pengendalian Inflasi Pusat di Kompleks Bank Indonesia atau BI, Jakarta Pusat, Selasa, 29 Januari 2019.
Rapat dihadiri sejumlah menteri ekonomi, di antaranya Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, hingga Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso.
BACA: Tiket Pesawat Tinggi, Darmin: Berpengaruh kepada Inflasi
Dikutip dari laman BI, inflasi volatile food merupakan inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks atau kejutan dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.
Untuk Desember 2018 lalu, BI mengumumkan inflasi volatile food mencapai 0,62 persen (month-to-month/mtm), atau meningkat dari inflasi November 2018 yang hanya sebesar 0,27 persen (mtm). Kenaikan ini bersumber dari komoditas telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah, beras, dan ikan segar.
Sementara sepanjang tahun 2018, inflasi volatile food disebut masih terkendali di level 3,39 persen (year-on-year/yoy). "Ditopang oleh pasokan pangan yang terjaga dan pengaruh penurunan harga pangan global," tulis pihak BI.
Untuk itulah, pemerintah bakal memantau ketat pergerakan barang bergejolak seperti telur dan daging ayam yang kerap memicu inflasi. Pemerintah pun juga bakal melakukan transfer barang-barang bergejolak seperti produk pangan antar daerah, demi mengendalikan inflasi ini. "Di antara lain melalui kerja sama antar daerah, di mana yang ada surplus, segera bisa dipasok ke daerah yang kekurangan," ujarnya.
Selain itu, pemerintah bakal menetapkan batas maksimum harga bagasi pesawat yang baru saja ditetapkan oleh maskapai Low Cost Carrier atau LCC seperti Citilink, Lion Air, dan Wings Air. Dengan langkah-langkah itu, maka pemerintah optimistis inflasi bakal terus turun hingga kisaran 3 persen plus minus 1 persen di tahun 2020 dan 2021.
Baca berita tentang Inflasi lainnya di Tempo.co.