TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden Sandiaga Uno mengaku prihatin dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini yang dinilai semakin berat, di antaranya karena belitan utang. "Beneran 'ngenes', mengapa belum bisa mewujudkan kesejahteraan untuk rakyatnya. Ekonomi semakin berat," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin, 19 November 2018.
Baca: BI: Utang Luar Negeri Indonesia Tumbuh Melambat
Hal tersebut disampaikan Sandiaga saat menggelar dialog dengan perwakilan masyarakat seluruh Kabupaten Wonosobo di pusat kuliner Alur Alun-alun Wonosobo Jawa Tengah.
Ke depan, ia berjanji bila nanti Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno terpilih menjadi presiden di tahun 2019, makan pihaknya akan memprioritaskan penyelesaian utang pemerintah tersebut. "Indonesia dibebani dengan utang. Insya Allah di era Prabowo- Sandi akan kami cicil utang hingga lunas," kata Sandiaga.
Dengan demikian, menurut Sandiaga, pemerintah bisa mulai membatasi ketergantungan pada asing guna mewujudkan Indonesia mandiri demi keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran anak negeri.
Lebih jauh Sandiaga menyebutkan ekonomi Indonesia selayaknya bisa mandiri tanpa harus tergantung oleh bantuan negara asing. Pasalnya, Indonesia memiliki kekayaan alam yang besar. Selain itu ada pasar dan tenaga kerja serta ditambah bonus demografi di tahun 2020.
"Saya percaya Indonesia bisa mandiri, mengurangi ketergantungan pada asing, dengan menggenjot produksi nasional, membatasi impor bahan-bahan yang bisa diproduksi di dalam negeri," kata Sandiaga.
Sandiaga juga kembali mengingatkan, Indonesia punya potensi yang begitu besar untuk bisa berdiri sendiri. Para peserta diskusi yang kebanyakan perempuan emak-emak dan milenial ini mengeluhkan ekonomi yang sulit.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman Zainal sebelumnya mengatakan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tumbuh melambat pada akhir triwulan III 2018. Pada akhir triwulan III 2018 ULN tercatat US$ 359,8 miliar, yang terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 179,2 miliar, serta utang swasta termasuk BUMN sebesar US$ 180,6 miliar.
Agusman mengatakan ULN Indonesia pada akhir triwulan III 2018 tersebut tumbuh 4,2 persen (yoy). Angka ini melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,7 persen (yoy).
"Perlambatan pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari melambatnya pertumbuhan ULN pemerintah, di tengah meningkatnya pertumbuhan ULN swasta," kata Agusman dalam keterangan tertulis, Jumat, 16 November 2018.
Baca: Prabowo Sebut Ekonomi RI dalam Bahaya karena Utang
Agusman mengatakan ULN pemerintah tumbuh melambat pada triwulan III 2018. Posisi utang luar negeri pemerintah pada akhir triwulan III 2018 tercatat US$ 176,1 miliar atau tumbuh 2,2 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,1 persen(yoy).
ANTARA | HENDARTYO HANGGI