TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi industri semen tanah air tengah menghadapi tantangan. Pasalnya, pertumbuhan produksi semen tidak diimbangi oleh kenaikan jumlah konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia Widodo Santoso mengatakan terjadi kelebihan pasokan atau over supply sebesar 30 juta ton pada tahun ini.
Simak: Penuhi Kebutuhan Semen,PT Timah Gandeng PT Semen Baturaja
Hal tersebut membuat kompetisi industri menjadi sangat tajam yang berimbas pada anjloknya harga semen. “Ini berat untuk para produsen semen apalagi para investor baru yang modal pembangunannya sebagian dari pinjaman bank,” ujar Widodo, Jumat 26 Oktober 2018.
Menurut Widodo, satu-satunya jalan untuk mengurangi kerugian adalah dengan mengekspor sebagian hasil produksi. Namun, persaingan semakin berat lantaran over supply yang cukup besar juga terjadi pada negara tetangga, seperti Vietnam dan Thailand. Adapun target ekspor tahun ini sebesar 5 juta ton dinilai belum bisa membantu mengurangi over supply.
“Salah satu jalan untuk industri semen adalah stop pembangunan pabrik baru semen sampai ada keseimbangan antara kapasitas terpasang dan konsumsi semen dalam negeri,” kata Widodo.
Saat ini, kata dia, kapasitas produksi dalam negeri mencapai 107 juta ton. Adapun konsumsi dalam negeri diperkirakan mencapai 69 juta ton dan luar negeri 5 juta ton per tahun. Widodo menuturkan apabila pemerintah masih saja membuka izin baru, maka kinerja produsen semen akan semakin terpuruk dan berimbas pada buruknya iklim investasi di Indonesia.
“Sudah jelas oversupply yang sangat besar kok masih dibuka terus izin investasi produk tersebut. Nanti bisa banyak yang tutup pabrik semen dan impact lainnyanya pemecatan karyawan bisa,” kata Widodo.