Adapun jumlah konsumsi semen dalam negeri mengalami kenaikan sebesar 4 persen atau naik 2,5 juta ton. Angka tersebut dinilai cukup baik untuk negara di Asia Tenggara dengan permintaan domestik yang naik pada kisaran 2-6 persen. Kenaikan konsumsi ditopang oleh pembangunan infrastruktur yang cukup baik. Namun, kata dia, kebutuhannya untuk infrastruktur hanya sekitar 25 sampai 30 persen saja dari komsumsi nasional.
Salah satu perusahaan semen, PT Holcim Indonesia Tbk, menargetkan menargetkan pertumbuhan penjualan di atas 6 persen hingga akhir tahun ini. Presiden Direktur Holcim Gary Schutz menuturkan tengah menjalankan program efisiensi dengan mengoptimalkan saluran distribusi, produksi dan pemanfaatan bahan bakar alternatif. Hal tersebut tercermin dari peningkatan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) tahun ini.
“Holcim sangat menghargai rencana-rencana Pemerintah. Kami juga berharap pemerintah dapat membantu dalam bentuk kebijakan atau memberikan stimulan untuk penyerapan hasil produksi semen dengan lebih baik,” ujar Gary.
Pemerintah mendorong industri semen tanah air untuk melakukan efisiensi pabrik melalui operasionalisasi kapasitas produksi terhadap permintaan yang terukur untuk mengatasi kelebihan pasokan produksi tahun ini. Pasalnya, pemerintah tidak bisa memenuhi permintaan industri eksisting untuk menghentikan perizinan pembuatan pabrik semen baru di dalam negeri.
“Pemerintah ditengah gencar-gencarnya menarik investasi baru akan kontraproduktif bila mengambil kebijakan moratorium untuk investasi pabrik semen baru,” ujar Direktur Industri Bahan Galian Non Logam (IBGNL) Kementerian Perindustrian Adi Rochmanto Pandiangan kepada Tempo, kemarin.
Adi menuturkan kelebihan pasokan atau over supply yang terjadi saat ini merupakan akibat tren permintaan semen yang meningkat pada 5-6 tahun lalu. Pada saat itu pertumbuhan sektor properti maupun konstruksi sangat menjanjikan. Menurut Adi, ekspansi atau peningkatan kapasitas produksi dalam dunia bisnis adalah hal yang wajar. Apalagi, hal tersebut sejalan dengan langkah perbaikan ekonomi Indonesia.
Pemerintah berharap peningkatan utilitas melalui permintaan pasar dari berbagai proyek infrastruktur, serta properti pemerintah dan swasta bisa mendorong ekspansi pasar ekspor. Untuk menunjang pertumbuhan indutri, Adi menuturkan kementerian perindustrian akan melakukan insiatif untuk memfasilitasi kepastian harga maupun pasokan batubara. “Hal tersebut memakan 30 persen dari biaya produksi,” ujar Adi.