TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon menilai penyelenggaraan pertemuan rutin International Monetary Fund - Bank Dunia alias IMF - World Bank tidak penting dan mubazir.
Baca: Fakta di Balik Kritikan Fadli Zon ke Sri Mulyani
"Yang jelas kita sudah atau akan keluarkan anggaran minimal satu triliun karena ada APBN Rp 850 miliar, serta ada dari Bank Indonesia dan instansi lain, jumlahnya mungkin di atas satu triliun," ujar Fadli di Kompleks Parlemen Jakarta, Jumat, 28 September 2018.
Fadli berujar dana sebesar itu lebih baik bila dipergunakan untuk kepentingan lain, misalnya untuk para korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat. "Itu lebih lebih bermanfaat, lagi pula acara itu hasilnya enggak akan ada apa-apa kecuali janji."
Menurut politikus Gerindra ini, penyelenggaraan rapat rutin IMF - World Bank itu bakal bermanfaat bagi Indonesia, seandainya negara tidak perlu mengeluarkan sepeser duit pun, melainkan diberi oleh organisasi penyelenggara. Sementara, pada penyelenggaraan Oktober mendatang, Indonesia lah yang mengajukan diri menjadi tuan rumah pergelaran tahunan itu.
"DPR kemarin bikin World Parliementary Forum biayanya hanya Rp 4 miliar karena hotel dan transportasi dibayar sendiri oleh para peserta, kenapa ini bisa sampai Rp 1 triliun?" kata Fadli. "Seakan-akan mau menjamu presiden atau tokoh dunia, padahal yang datang adalah Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral."
Fadli Zon menegaskan pertemuan IMF-World Bank hanya acara biasa yang tiap tahun diselenggarakan. Sehingga sama sekali bukan acara yang luar biasa. "Ini seperti menyambut Konferensi Asia Afrika 1955, padahal biasa saja," ujar dia.
Terlebih, menurut Fadli, sebaiknya Indonesia mengevaluasi kembali hubungan Indonesia dengan dua lembaga keuangan dunia itu. Sebabnya, Fadli merujuk pada krisis moneter yang menimpa Indonesia pada 1998. Kata dia, saat itu permasalahan ekonomi Indonesia dimulai lantaran saran IMF untuk mengubah manages floating rate menjadi floating rate.
Saat itu juga, IMF mengatakan fundamental ekonomi Indonesia masih kuat dan apabila dilakukan tindakan yang hati-hati, perekonomian dalam negeri bisa kembali normal. "Kita dininabobokan, tiba-tiba assessment IMF terhadap situasi adalah dengan menutup 16 bank, ini petaka."
Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menghitung dampak ekonomi langsung perhelatan Rapat Rutin IMF - World Bank bisa mencapai Rp 5,9 triliun sepanjang 2017 - 2018.
"Terutama dengan adanya investasi infrastruktur sebesar Rp 3 triliun untuk 2017-2018," ujar Bambang di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, 17 September 2018.
Apalagi nantinya infrastruktur itu tak hanya digunakan untuk acara pertemuan rutin tersebut, melainkan untuk kegiatan-kegiatan lain ke depannya. Menjelang gelaran akbar itu pemerintah memacu pembangunan sejumlah infrastruktur di Bali, seperti underpass Ngurah Rai, Pelabuhan Benoa, sampai perampungan patung Garuda Wisnu Kencana.
Selain meraih dampak langsung dari investasi infrastruktur, Bambang mengatakan manfaat juga akan diperoleh dari pengeluaran pengunjung mancanegara dan domestik setidaknya Rp 1,1 triliun.
Simak berita tentang Fadli Zon hanya di Tempo.co