TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan sejumlah proyek pembangkit listrik nasional akan terus berlanjut. Total jumlah proyek yang akan terus dijalankan adalah sebesar 10,56 Giga Watt.
Dari total itu, termasuk di dalamnya adalah proyek pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) sebesar 3,51 Giga Watt. "Tidak boleh mengorbankan EBT. Dari EBT itu juga ada 3,51 GW. Itu harus dibangun," kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Andy N Sommeng di Kementerian ESDM, Senin 24 September 2018.
Andy menyebut awalnya hanya ada 6,4 Giga Watt proyek yang akan dilanjutkan. Namun belakangan Kementerian ESDM mensetujui tambahan 4,16 Giga Watt hingga total mencapai 10,56 Giga Watt.
Andy mengatkaan keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan reserve margin yang harus dimiliki negara sebesar 30 persen.
"Ada yang harus dibangun dan tak boleh ditunda, jumlahnya ada 10,56 Giga Watt. Itu harus dibangun untuk jaga tingkat keandalan listrik kita, reserve margin 30 persen. Itu tak boleh dikorbankan," ujar Andy.
Meski begitu, dari proyek 15,2 Giga Watt yang belum financial close (FC), tetap ada sejumlah proyek yang berpotensi ditunda. Besarannya hanya 4,6 Giga Watt. Andy proyek ini bukan dibatalkan, namun hanya ditunda saja. Ia menyebut penundaan proyek bukan hal baru.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RPTUL) 2017-2026, mengamanatkan pembangunan proyek sebesar 72 Giga Watt. Namun Pada 2018-2027, terjadi pengurangan menjadi 56 Giga Watt saja.
"Waktu itu (2017-2026) pertumbuhannya (konsumsi listriknya) tumbuh 7 sampai 8 persen. Ternyata kita memang pertumbuhannya 5,2 persen. Dari situ kami menyesuaikan berapa kebutuhan pertumbuhan listrik," kata Andy.
Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur Bali dan Nusa Tenggara Perusahan Listrik Negara (PLN) Djoko Abumanan juga turut menyambut positif diteruskannya seluruh poryek pembangkit listrik berbasis EBT.
"Renewable energy itu local content-nya tinggi kalau renewble itu. Pasti batunya dari dalam negeri. Kecuali teknologi turbinnya saja yang besar," kata Djoko.
Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Produsen Listrik Seluruh Indonesia (APLSI) Arthur Simatupang ikut meiniali positif pengurangan jumlah pendundaan proyek ini. Meski mereka berharap suluruh proyek tak perlu ditunda, namun keputusan ini dinilai masih bisa diterima.
"Kami harapkan tak terlalu banyak perubahan. Kami kan hanya minta iklim investasi dijaga, dalam hal lebih banyak konsistensi dari pemerintah terkait perencanaan," ujar Arthur.
Sebelumnya, pemerintah memutuskan menunda target dan jadwal megaproyek listrik 35 ribu megawatt. Keputusan tersebut diambil sebagai salah satu strategi untuk menyelamatkan rupiah akibat dolar yang terus menguat. Menteri ESDM Ignasius Jonan menyebutkan setidaknya 15.200 megawatt kapasitas pembangkit listrik yang akan ditunda.