TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit bakal menurun di akhir tahun. Darmin memprediksi defisit transaksi berjalan sekitar minus 2,6 persen hingga minus 2,7 persen.
Baca: Prabowo - Sandiaga Gelar Rapat Bahas Rupiah Melemah
"Mungkin akhir tahun defisit transaksi berjalan bisa turun menjadi minus 2,6 persen atau minus 2,7 persen. Itu sudah mulai oke," kata Darmin di Gedung Dewan Perwakilan, Rabu, 5 September 2018.
Darmin mengatakan pemerintah memperkirakan sampai akhir tahun akan ada penghematan dari impor solar. Penghematan impor solar berasal dari penggunaan bahan bakar minyak dengan campuran biodiesel 20 persen atau B20 untuk public service obligation atau PSO dan non PSO. Hal itu akan mengurangi defisit neraca perdagangan.
Darmin mengatakan neraca perdagangan non migas hingga Juli nonmigas terjadi surplus. Namun hal itu belum bisa menutup defisit migas. "Sehingga totalnya ada defisit neraca perdagangan sekitar US$ 3 miliar," ujar Darmin.
Lebih lanjut Darmin mengatakan kalau harga CPO belum naik, karena stok masih banyak. Sebabnya produksi CPO dalam satu tahun ini bagus di tengah musin yang juga bagus.
Darmin memperkirakan stok CPO baru akan turun dalam waktu satu atau dua bulan. Hal itu akan membuat harga mulai membaik.
Sedangkan penghematan solar, Darmin memperkirakan sekitar US$ 2,3 miliar. Menurut Darmin jika defisit transaksi berjalan berkurang dan neraca perdagangan membaik, akan menjadi sentimen positif bagi nilai tukar rupiah.
Darmin mengatakan pemerintah akan memperkuat sektor pariwisata untuk mengatasi melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS. "KUR (kredit usaha rakyat) untuk bantu homestay, restoran kecil. Kan turis itu banyak yang kecil-kecil saja restorannya mungkin Rp 400 juta kreditnya sudah bagus restorannya dan sebagainya," ujar Darmin.