TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia atau BEI Inarno Djajadi mengatakan, meski nilai tukar rupiah melemah, kondisi pasar modal saat ini masih terlihat bagus. Hal itu dibuktikan dengan masih bergeraknya arus dana masuk ke pasar modal.
Baca juga: Rupiah Terus Melemah, Kurs Tengah Bank Indonesia Tembus Rp 14.711
"Tapi kalau dari sisi kami, sebenarnya bisa lihat pada satu minggu kemarin, sebetulnya kalau dari sisi saham dan obligasi itu masih ada dana masuk, lho. Masih hijau," kata Inarno saat ditemui di gedung Bursa Efek Jakarta, Senayan, Jakarta Selatan, Jumat, 31 Agustus 2018.
Hingga siang ini pukul 13.00, melansir data RTI, rupiah di pasar valas berada di level Rp 14.723. Sedangkan di pasar spot, merujuk pada kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), harga rupiah berada di angka Rp 14.711 per dolar Amerika Serikat.
Karena itu, menurut Inarno, rupiah yang terus melemah bukan diakibatkan kondisi pasar modal, yakni saham dan obligasi, yang tak baik, melainkan kondisi eksternal yang terus bergejolak.
Ia juga mengatakan, dalam perdagangan indeks harga saham gabungan atau IHSG pada Kamis, 30 Agustus 2018, pasar modal berhasil menarik dana asing yang cukup banyak. Meskipun harus diakui masuknya dana asing itu diikuti dengan pelemahan nilai tukar rupiah.
"Jadi dana yang keluar karena rupiah melemah memang iya. Tapi di situ bisa dilihat pelemahan rupiah awalnya, bukan dari saham dan obligasi, bukan dari pasar modal. Itu lebih ke arah eksternal," ujar Inarno.
Inarno menambahkan, nilai tukar rupiah yang terus melemah lebih banyak diakibatkan dinamika ekonomi global, khususnya gejolak krisis di negara emerging market, seperti Turki, Argentina, dan Venezuela.
Adapun hingga siang ini pukul 13.00, sepanjang sesi perdagangan pertama, IHSG tercatat telah melemah 1,19 persen ke level 5947,347. Ada 255 saham telah memerah, sementara 79 saham menguat dan 119 saham tak bergerak. Sedangkan Rp 62,93 miliar dana asing telah keluar dari pasar.
DIAS PRASONGKO