TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan dampak nilai tukar rupiah terhadap inflasi masih terkendali. Hal tersebut Perry sampaikan usai rapat mengenai pengendalian inflasi pusat bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Baca: Sri Mulyani: Negara Dirugikan Rp 57 Miliar Akibat Miras Ilegal
Menurut Perry tingkat pelemahan rupiah sekitar 7 persen secara year to date (YTD), relatif lebih rendah dibandungkan negara lain. "Depresiasi kita itu relatif lebih rendah, bahkan jauh lebih rendah pada 2015 atau 2013," kata Perry di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jumat, 24 Agustus 2018.
Faktor kedua, karena tingkat ketersediaan atau supply lebih besar dari tingkat permintaan barang, yang artinya kesenjangan masih negatif. "Meskipun ekonomi naik, masih di bawah kapasitas produksi nasional. Sehingga kami tidak melihat tekanan permintaan terhadap inflasi," ujar Perry.
Faktor ketiga, kata Perry adalah ekspektasi yang terjangkar secara baik. Menurut Perry dari berbagai survei yang ada seperti survei kegiatan dunia usaha dan ekspektasi konsumen, inflasi juga masih terjaga di kisaran 3,5 persen. "Tiga faktor itu menunjukkan bahwa pengaruh dari nilai tukar terhadap inflasi itu terkendali," kata Perry.
Baca Juga:
Baca: Inflasi Juli Terdorong oleh Kenaikan Harga Telur Ayam Ras
Karena hal itu, Perry yakin inflasi pada 2018 hinhga 2019 bisa terkendali rendah di angka 3,5 plus minus 1 persen seperti yang ditargetkan pemerintah. Perry mengatakan untuk langkah jangka pendek BI dan pemerintah berfokus mengendalikan inflasi harga pangan dan memperkuat kerja sama dengan tim pengendali inflasi di daerah (TPID). Langkah mengendalikan inflasi tersebut seperti menjaga posisi cadangan beras dan telur ayam ras yang saat ini berkontribusi terhadap inflasi.