TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diprediksi masih akan terkoreksi meski masih dalam rentang wajar pada perdagangan hari ini. Senior Analis CSA Research, Reza Priyambada, mengatakan koreksi yang wajar diperkirakan terjadi karena pelaku pasar memanfaatkan berita negatif untuk melakukan aksi jualnya.
Baca: OJK Jelaskan Penyebab Pelemahan IHSG di Triwulan II 2018
"Atau dapat diartikan telah terserapnya informasi dari rilis kinerja para emiten sehingga telah berkurang ekspektasi pasar dan cenderung profit taking," kata Reza dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu, 1 Agustus 2018.
Sebelumnya, pada perdagangan Selasa, 31 Juli 2018, IHSG ditutup melemah 1,52 persen ke level 5.936,443. Adapun pembelian bersih atau nett buy asing mampu dibukukan sebanyak Rp 269,05 miliar.
Pelemahan itu didukung oleh saham-saham pertambangan, terutama saham-saham batu bara seiring dengan belum adanya kepastian revisi aturan DMO. Kondisi tersebut berimbas pada turunnya saham-saham infrastruktur dan menyeret sejumlah indeks saham lain ke zona merah sehingga berimbas pada melemahnya IHSG.
Baca: Laju IHSG Diprediksi Menguat Tipis
Reza berharap, meski IHSG berpeluang kembali melemah, dapat lebih tertahan. Terutama didukung dari penguatan rupiah, masih adanya aksi beli investor asing, dan rilis beberapa data ekonomi dari dalam negeri. "Tetap waspadai sentimen-sentimen yang dapat membuat IHSG kembali melemah, terutama aksi profit taking," kata Reza.
Reza memperkirakan IHSG dapat bertahan di atas level support 5.909-5.921. Sedangkan level resisten diharapkan dapat menyentuh kisaran 5.948-5.966. Adapun beberapa saham yang patut diperhitungkan hari ini, menurut Reza, adalah WSBP, PPRO, ASII, PTBA, dan MARK.