TEMPO.CO, Jakarta - Garuda Indonesia memprediksi sektor transportasi udara pada periode Lebaran tahun ini berpotensi memiliki dua puncak arus mudik dan arus balik. Direktur Operasi Garuda Indonesia Triyanto Moeharsono mengatakan puncak arus mudik terjadi tanggal 10 Juni dan 13 Juni 2018, sedangkan arus balik pada 21 Juni dan 24 Juni.
"Kami sudah siapkan semuanya, baik pilot, kru, pesawat, teknisi, maupun ground handling (jasa layanan darat). Kami sangat siap menghadapi mudik Lebaran hingga 24 Juni nanti," ucap Triyanto, Selasa, 12 Juni 2018.
Baca: Mesin Terganggu, Pesawat Garuda Batal Terbang ke Singapura
Menurut dia, adanya penetapan cuti bersama yang panjang oleh pemerintah menjadikan masyarakat bisa mengatur rencana perjalanan secara lebih tertata. Selain itu, puncak mudik dan balik yang tidak terpusat pada satu hari menjadi dampak positif lain.
Pihaknya juga mengaku telah mengadakan sosialisasi terhadap calon penumpang agar tidak melakukan candaan bom. Hal tersebut juga menjadi urusan semua pemangku kepentingan di sektor penerbangan.
Baca: Urus Masalah Garuda Indonesia, Luhut: Saya Tidak Kurang Kerjaan
Menurut dia, adanya pemberitaan soal candaan bom dan sanksi pidana diharapkan bisa membuat masyarakat lebih tahu dan sadar akan risikonya. Terlebih, jika terjadi saat Lebaran, efek domino keterlambatan terbang (delay) bisa lebih parah.
Selama periode Lebaran kali ini, Garuda Indonesia Group menyiapkan 160 ribu kursi penerbangan ekstra untuk mengantisipasi peningkatan trafik penumpang selama 8-24 Juni 2018, baik untuk rute domestik maupun internasional.
Kapasitas penerbangan tambahan tersebut terdiri atas 768 frekuensi penerbangan tambahan, yaitu 480 penerbangan Citilink Indonesia dan 288 penerbangan Garuda Indonesia. Kapasitas tambahan tersebut meningkat sebesar 45 persen dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 107.750 kursi.
BISNIS