TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersyukur lantaran nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sempat menguat dan meninggalkan Rp 14 ribu pada perdagangan Senin, 28 Mei 2018. Pergerakan kurs rupiah kemarin siang sempat menguat ke Rp 13.984, tapi pada penutupannya berada di Rp 14.004.
"Ya, alhamdulillah kemarin kami lihat sudah mulai di bawah Rp 14 ribu," kata Jokowi setelah menutup acara Pengkajian Ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Kampus Uhamka, Jakarta, Selasa, 29 Mei 2018.
Simak: Rupiah Melemah, Presiden Jokowi Pusing
Jokowi menilai Bank Indonesia (BI) telah mengantisipasi pelemahan nilai rupiah ini dan sudah mengeluarkan kebijakan-kebijakan moneter yang baik. Selain itu, menurutnya, ia selalu memerintahkan Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Keuangan membantu BI mengendalikan rupiah.
"Untuk menyiapkan langkah-langkah yang memang ada di wilayah pemerintah yang konkret, yang riil, agar bisa juga ikut membantu BI," ucapnya.
Menurut Jokowi, pelemahan nilai rupiah atas dolar Amerika ini adalah fenomena global yang dialami banyak negara, bukan Indonesia saja. "Semua negara mengalami," tuturnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pihaknya telah menyiapkan empat langkah guna menstabilkan nilai tukar rupiah. Langkah-langkah itu antara lain responsif dalam hal pengambilan kebijakan suku bunga, melakukan intervensi ganda dengan menyuplai foreign exchange, dan membeli surat berharga negara (SBN) dari pasar sekunder.
Selain itu, BI akan berkoordinasi dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan untuk bersama menstabilkan kurs rupiah. Dalam waktu dekat, Perry berjanji akan bertemu dengan kalangan perbankan serta pelaku usaha untuk membentuk persepsi positif dalam kondisi perekonomian saat ini.