TEMPO.CO, JAKARTA - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira Adhinegara mengatakan rupiah kedepannya akan menemukan level keseimbangan baru. Ia pun memprediksikan keseimbangan itu akan berada di level Rp 13.700 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Dengan Asumsi Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan dan intervensi cadangan devisa dilanjutkan," ujar Bhima lewat pesan pendek, Senin, 30 April 2018.
Bhima menyebut, BI paling tidak melakukan peningkatan suku bunga acuan lewat BI 7-Day Repo Rate satu kali sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5 persen. Meski begitu, ia mengaku saat ini sulit bagi Indonesia untuk kembali ke keseimbangan di bawah Rp 13.500 per dolar AS.
Simak: Indef Prediksi Pelemahan Rupiah Terus Berlanjut Pekan Depan
"Rasanya hampir tidak mungkin di tahun ini, melihat tekanan global dan kinerja domestik," tutur dia.
Hal senada sebelumnya sempat disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Menurutnya, rupiah tidak akan kembali ke level Rp 13.400-13.500 per dolar AS. Jika melihat nilai fundamental rupiah sebelum melemah, Darmin mengatakan titik keseimbangan baru tidak akan jauh dari situ.
"Kalau pasar sedang bergejolak itu akan selalu ada waktunya untuk rebound. Mungkin tidak kembali ke level Rp 13.400-13.500 per dolar AS. Akan ada keseimbangan baru tapi tidak akan bergerak terlalu tinggi," ujar Darmin usai menghadiri sebuah diskusi di Hotel Four Season Jakarta, Selasa, 24 April 2018 lalu.
Terkait rupiah yang kian melemah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai BI tak bisa lagi mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25 persen. "BI harus melakukan penyesuaian kenaikan bunga untuk menjaga rupiah tidak semakin melemah," ucap Hariyadi saat dihubungi Tempo.
Jika BI terus mempertahankan suku bunga di tengah menguatnya tekanan global, tutur dia, pelemahan rupiah yang terus terjadi berpotensi menyebabkan kekhawatiran pasar yang akan berimbas pada kinerja emiten, yang akhirnya diikuti anjloknya saham.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan peluang menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate terbuka. Tapi BI akan melakukan kajian lebih dulu guna meyakini bahwa kondisi ekonomi tidak mengarah pada membahayakan stabilitas sistem keuangan sebelum menaikkan suku bunga rupiah.
ADAM PRIREZA | DEWI NURITA