TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Doddy Zulverdi mengatakan nilai tukar rupiah belum tentu menguat pada kuartal II saat ini. Menurut Doddy, rupiah akan tertahan karena adanya faktor musiman.
Doddy berujar, pada kuartal II, neraca pembayaran, khususnya pada transaksi berjalan, biasa mengalami pelebaran defisit.
Baca Juga:
"Jadi potensi penguatan kemungkinan kecil bisa terjadi pada kuartal ini, paling menjelang akhir kuartal," katanya di Mahkamah Agung, Jakarta Pusat, Rabu, 18 April 2018.
Simak: Rupiah Melemah, Darmin Minta Bank Indonesia Ambil Langkah
Doddy berujar hambatan laju rupiah salah satunya disebabkan kondisi ekonomi global. Menurut dia, perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina belum tuntas sepenuhnya. Terlebih, munculnya geopolitik di Timur Tengah makin menambah ketidakpastian.
Doddy menuturkan perkiraannya mengenai penguatan rupiah pada akhir kuartal II nanti juga harus dihadapkan dengan jadwal The Federal Open Market Committee (FOMC) meeting selanjutnya. Jika The Fed menaikkan suku bunga, Doddy mengatakan prediksi itu kemungkinan akan ternetralisasi.
Doddy menyebutkan, walau potensi penguatan rupiah tak bisa dilihat dalam waktu dekat, faktanya saat ini nilai rupiah dapat dijaga. Stabilnya rupiah belakangan ini disebut Doddy disebabkan adanya support domestik. "Tanpa itu, bisa saja rupiah melemah lagi," ujar pejabat Bank Indonesia ini.