TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan meminta semua pihak untuk bersabar menunggu hasil investigasi teknis terkait minyak mentah milik PT Pertamina (Persero) yang tumpah perairan di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. Saat ini investigasi dan penanganan untuk mencegah tumpahan minyak meluas sedang berjalan.
Luhut menyebutkan penanganan tumpahan minyak ini telah dilakukan dengan baik. Hal terpenting saat ini, menurut dia, adalah penanganan dan untuk itu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah mengirim dua dua direktur jenderalnya.
Baca: Minyak Tumpah, KLHK Minta Pertamina Pantau Kualitas Udara
Tak hanya itu, Luhut mengaku juga sudah bertanya langsung kepada Direktur Utama Pertamina soal penanganan tumpahan minyak tersebut. "Sekarang menunggu investigasi teknis terkait siapa yang bersalah dalam hal ini," ujar Luhut saat ditemui di bilangan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Ahad, 8 April 2018.
Menurut Luhut, setelah investigasi teknis dilakukan, barulah penyebab sebenarnya akan ketahuan. "Nanti kita lihat siapa yang salah. Kalau memang dibutuhkan, tindakan hukum tentu akan dilakukan," ujarnya.
Tumpahan minyak mentah yang diikuti dengan kebakaran itu terjadi pada Sabtu, 31 Maret 2018. Insiden tersebut mengakibatkan lima orang tewas. Pipa yang menghubungkan Terminal Crude Lawe-lawe dengan Kilang Balikpapan itu diketahui patah.
Pipa terbuat dari baja berdiameter 20 inci dan ketebalan 12 milimeter. Hasil pemeriksaan, pipa yang berada di kedalaman 25 meter itu bergeser hingga 120 meter dari posisi awalnya. Menurut Luhut, sebab dari patahnya pipa karena ditabrak jangkar kapal. Alasan itu sama seperti yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Djoko Siswanto.
Pertamina juga membantah ada kelalaian dalam hal pengawasan keamanan usaha dalam hal ini. Namun Ketua Komisi III DPRD Kota Balikpapan Nazaruddin menilai, hal ini terjadi karena kelalaian Pertamina yang tidak memakai sistem pengawasan untuk mengetahui bila ada kejadian seperti pipa bocor atau tumpahan minyak.
Namun yang jelas, saat ini tumpahan minyak mentah milik PT Pertamina di Teluk Balikpapan semakin luas. Dari citra satelit pada 2 April 2018, area tercemar minyak seluas 120 kilometer persegi atau 12 ribu hektare. Tiga hari kemudian, luasannya bertambah menjadi 200 kilometer atau 20 ribu hektare.
Perluasan itu bisa disebabkan pengarus arus dan gelombang. Namun yang dikhawatirkan adalah masih terjadinya kebocoran pipa bawah laut yang berawal pada Sabtu, 31 Maret 2018
Ahli oseanografi Institut Pertanian Bogor, Alan F. Koropitan, mengatakan tumpahan minyak Pertamina dalam jumlah besar itu bisa merusak ekosistem secara meluas dan berlangsung lama. “Akan mematikan ekosistem di perairan itu,” kata dia kepada Tempo, 5 April 2018.