TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meminta PT Pertamina (Persero) melakukan pemantauan udara, khususnya di rumah-rumah panggung penduduk pesisir akibat tumpahnya minyak mentah di perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. Pasalnya, saat ini, di beberapa areal teluk, khususnya permukiman, tumpahan minyak sudah menyebar ke rumah panggung masyarakat.
Selain itu, lepasnya zat volatile organic compounds (VOC) ke udara menimbulkan bau tajam yang bisa mengganggu kesehatan masyarakat. "Kami minta Pertamina segera melakukan pemantauan udara, khususnya pada rumah panggung," ujar Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rasio Ridho Sani dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu, 7 April 2018.
Baca: Menteri Susi Kirim Tim Investigasi Tumpahan Minyak Pertamina di Balikpapan
Rasio juga menyatakan Pertamina harus mencari teknik untuk segera membersihkan tumpahan minyak yang menempel di rumah penduduk. Hal tersebut didasari hasil analisis citra satelit oleh Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) yang memperlihatkan saat ini lebih dari 13 ribu hektare area sekitar Teluk Balikpapan mengandung lapisan film minyak.
Dari pantauan Kementerian Lingkungan saat ini, kata Rasio, tumpahan minyak akibat putusnya pipa bawah laut Terminal Lawe-lawe ke fasilitas refinery Pertamina mulai berkurang. Namun penyebaran minyak yang dipengaruhi arus air juga meluas.
"Saat ini tumpahan minyak mulai berkurang dari sisi ketebalan lapisan, tapi karena dinamika minyak di atas air, penyebarannya juga masih meluas. Kami melihat masih ada beberapa spot minyak yang masih tebal dari atas satelit," kata Rasio.
Kementerian Lingkungan juga mendesak Pertamina bertanggung jawab akibat pencemaran lingkungan, yang merugikan dari sisi ekonomi dan sosial masyarakat. Selain itu, perusahaan pelat merah itu harus bertanggung jawab akan biota laut yang terdampak akibat tumpahan minyak ini.
Putusnya pipa distribusi milik Pertamina di perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu, menyebabkan minyak mentah bocor dan tumpah, sehingga mengotori area seluas 7.000 hektare. Panjang pantai terdampak di sisi Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Pasir Utara mencapai sekitar 60 kilometer. Saat ini, ekosistem terdampak berupa tanaman mangrove seluas 34 hektare di Kelurahan Kariangau, serta 6.000 tanaman mangrove dan 2.000 bibit mangrove di Kampung Atas Air Margasari.
ANTARA