TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah akan menjaga kondisi ekonomi dalam negeri untuk mengantisipasi dampak pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika. Rupiah hari ini tercatat masih melemah hingga mendekati level Rp 13.800.
Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan menjaga dengan hati-hati sejumlah faktor yang dianggap rawan memicu sentimen. "Apakah itu APBN, neraca pembayaran, atau apakah itu dari sektor pertumbuhan," kata dia di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa, 6 Maret 2018.
Dia menyatakan hingga saat ini kondisi di dalam negeri masih prima. Dia mencontohkan penerimaan perpajakan yang hingga Februari ini di atas 14 persen. Jumlahnya jauh lebih tinggi dibandingkan situasi satu hingga dua tahun ke belakang yang tumbuh di bawah 10 persen, bahkan sempat negatif.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih memiliki momentum untuk terus tumbuh. Defisit transaksi berjalan saat ini tercatat 1,7 persen dengan cadangan devisa mencapai US$ 130 miliar. Pertumbuhan impor pun dibarengi dengan pertumbuhan ekspor. Pemerintah juga terus mengawasi utang luar negeri yang berasal dari perusahaan dengan rinci.
"Jadi kami melihat bahwa perekonomian Indonesia dari kebutuhan impor bahan baku, kebutuhan utang luar negeri dari perusahaan itu semuanya masih terjaga," kata dia.
Sri Mulyani mengatakan upaya pemerintah untuk menjaga kondisi domestik sangat penting lantaran pelemahan Rupiah kali ini dipicu pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika, Jeremo Powell. Di depan Kongres Amerika dia menyatakan kondisi ekonomi dan inflasi Amerika terus menguat.
Sentimen tersebut, kata Sri Mulyani, pasti mempengaruhi seluruh dunia. "Kami menjaga supaya kami tidak mendapatkan sentimen yang lebih dibandingkan apa yang menjadi sentimen yang berasal dari luar," ujarnya.