TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani turut mengomentari rencana kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang akan menetapkan bea masuk 25 persen terhadap produk baja. Kebijakan itu dikhawatirkan dikhawatirkan banyak pihak akan berdampak kepada negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia.
"Kalau sampai terjadi retorika untuk saling membalas dari sisi tarif, sejarah dunia sudah menunjukkan jika terjadi perang dagang maka akan berdampak buruk bagi ekonomi dunia," kata Sri Mulyani saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat pada Selasa, 6 Maret 2018.
Namun Sri Mulyani enggan berkomentar lebih lanjut. Menurut dia, di Amerika Serikat sendiri masih terjadi dinamika terkait kebijakan itu. "Di AS sendiri masih terjadi perdebatan antara Presiden Trump dengan kongres dan senatnya," kata dia.
Akibat kebijakan itu, Cina selaku produsen baja terbesar di dunia yang juga mengirim baja ke AS, diperkirakan akan mencari pasar lain seperti di negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Berdasarkan Data World Steel Association pada 2017, produksi baja China mencapai 831,7 juta metrik ton. Sebagian besar digunakan di dalam negeri, sementara yang diekspor sebesar 95 juta ton.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution tak memungkiri baja cina akan kemana-mana, termasuk ke Indonesia jika kebijakan itu nantinya diterapkan. "Sekarang kan masih dibahas kebijakan itu. Tapi memang kalau nanti berjalan, mau tidak mau baja cina akan kemana-mana termasuk ke Indonesia," kata Darmin Nasution saat ditemui di lokasi yang sama.
Darmin melanjutkan kapasitas baja dari Cina cukup banyak. "Tapi untuk saat ini masih terlalu dini bereaksi. Kami rapat koordinasi dulu dengan dengan Menteri Perindustrian," kata Darmin.