TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan arah inflasi Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun. Ke depan, pemerintah akan berupaya agar inflasi dapat ditekan lebih rendah.
Pemerintah menetapkan sasaran inflasi sebesar 4 persen dengan deviasi plus minus 1 persen pada 2016 dan 2017. Sedangkan mulai tahun ini, inflasi ditargetkan 3,5 persen dengan deviasi plus minus 1 persen. Sasaran inflasi itu ditetapkan pemerintah dalam PMK Nomor 93/PMK.011/2014 tentang Sasaran Inflasi pada 2016, 2017, dan 2018.
Baca: Agus Marto Sebut 2 Hal Ini Paling Mempengaruhi Inflasi di 2018
Darmin berujar, pemerintah menargetkan angka yang lebih kecil lagi pada tahun-tahun mendatang. "Mulai 2020, dia akan menjadi 3 persen plus minus 1 persen," ucapnya di Bank Indonesia, Jakarta, Senin, 22 Januari 2018. Dia menuturkan pemerintah ingin angka inflasi Indonesia tak jauh dengan negara-negara mitra dagang Indonesia.
Keputusan itu diambil dalam rapat pembukaan Tim Pemantauan dan Pengendali Inflasi Pusat untuk 2018. Rapat yang digelar di Bank Indonesia itu dihadiri sejumlah menteri. Mereka antara lain Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. Hadir pula Direktur Utama Badan Urusan Logistik (Bulog) Djarot Kusumayakti.
Seusai rapat ini, Darmin menyatakan akan ada rapat yang membahas lebih detail mengenai substansi sasaran inflasi. Dalam rapat tersebut, kepala daerah akan duduk bersama. "Rapatnya mungkin sekitar Juli," ujarnya.
Sebelumnya, BPS mencatat inflasi sepanjang 2017 sebesar 3,61 persen. Angkanya berada di bawah target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2017, yaitu sebesar 4,3 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan inflasi 2017 dipicu kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Tingkat inflasi kelompok tersebut sebesar 5,14 persen dan memiliki andil sebesar 1,24 persen terhadap total inflasi. "Tingginya inflasi ini disebabkan oleh penyesuaian tarif listrik dan bensin," ucapnya di kantornya, Jakarta, awal Januari 2018.