TEMPO.CO, Jakarta - Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, memperkirakan shutdown di Amerika Serikat berimbas pada penguatan nilai tukar rupiah. Terapresiasinya rupiah ini bakal memicu kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pekan depan.
Apalagi, menurut Reza, IHSG menguat dengan menyentuh rekor terbarunya pada perdagangan akhir pekan lalu. IHSG diprediksi akan bergerak pada level support 6.446-6.478 dan resisten pada level 6.520-6.548 pada perdagangan awal pekan ini.
Baca: Reshuffle Kabinet Jokowi, BEI: Tak Berpengaruh ke IHSG
"Pergerakan IHSG masih mampu bertahan di zona hijaunya seiring dengan bertahannya aksi beli meskipun secara volume cenderung terlihat menurun," ujar Reza dalam rilisnya, Jumat, 19 Januari 2018. Adapun penguatan rupiah tersebut karena dipicu pelemahan nilai tukar mata uang dolar Amerika.
Penguatan IHSG tidak hanya terimbas oleh penguatan rupiah yang terjadi lantaran dolar melemah akibat shutdown di Amerika Serikat. Vice President Research Department Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan penguatan IHSG juga ditunjang capital inflow yang masih terus terjadi.
Bursa, kata William, mencatat investor asing melakukan pembelian bersih Rp 889,06 miliar. "Ini menunjukkan bahwa investor sedang mengawali tahun ini dengan optimisme tinggi untuk melakukan investasi di pasar modal Indonesia," tuturnya.
Sebelumnya, ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan IHSG masih tetap akan positif di rentang 6.490-6.500, terpicu oleh sentimen positif investor dalam negeri terhadap pemulihan ekonomi Indonesia. Sedangkan shutdown di Amerika akan berpengaruh minim terhadap nilai tukar rupiah.
Shutdown, atau penghentian sementara operasional pemerintahan di Amerika Serikat, terjadi pada Jumat tengah malam, 20 Januari 2018. Shutdown tersebut diprediksi berlangsung mulai minggu keempat Januari hingga minggu kedua Februari 2018.
Shutdown yang juga berimbas terhadap IHSG ini merupakan konsekuensi dari adanya ketidaksepakatan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan kongres dalam penyusunan anggaran negara, khususnya terkait dengan pembiayaan. Adapun departemen yang akan terkena efek penutupan sementara antara lain adalah Departemen Perdagangan, NASA, Departemen Ketenagakerjaan, Departemen Perumahan, dan Departemen Energi.