TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pertanian, Khudori, memperkirakan kedatangan beras impor akan terjadi pada akhir Januari menyusul keputusan yang diambil pemerintah baru-baru ini. "(Keputusan) impor sekarang sudah terlambat, kalau diestimasikan barang datang akhir Januari. Sedangkan awal Februari itu masuk panen raya, ini bisa membuat kerugian petani," ujarnya dalam sesi focus group discussion (FGD), di kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Senin, 15 Januari, 2018.
Khudori pun mempertanyakan relevansi kebijakan impor beras tersebut, khususnya terkait dengan pihak yang mungkin diuntungkan dalam keputusan tersebut. Pernyataan tersebut disampaikan dalam FGD mengenai kenaikan harga dan keterbatasan pasokan komoditas beras.
Baca: Hasil Panen Padi Melimpah, Kementan: Tak Perlu Impor Beras
Ketua KPPU Syarkawi Rauf berujar sejak pemerintah mengumumkan untuk melakukan realisasi impor, harga beras di Pasar Induk Cipinang dilaporkan turun cukup efektif yaitu mencapai Rp 600 per kilogram. "Tapi jangan sampai efeknya hanya sesaat 1-2 hari, ini harus ada dampaknya untuk memaksa barang yang ada di gudang dipasok ke pasar," katanya. Dia berharap keputusan impor akan berdampak signifikan juga pada stabilitas pasokan beras.
Syarkawi kemudian menyampaikan perlu adanya perluasan referensi harga dan pasokan, yang tidak hanya terbatas pada satu pasar induk. "Selama ini hanya Pasar Induk Cipinang, kalau pasokan di sana kurang seolah-olah seluruh Indonesia kurang, padahal di Sumatera dan Sulawesi masih surplus."
Pemerintah sebelumnya memutuskan untuk melakukan impor beras guna membantu persediaan stok beras di awal 2018. Syarkawi menambahkan tren kenaikan harga terjadi sejak September lalu dan terus meningkat seiring dengan luasan lahan panen yang semakin kecil. "September naik seiring dengan pasokan beras yang semakin berkurang ke pasaran."
Menurut Syarkawi, kejadian serupa terus berulang setiap tahunnya menjelang Desember-Januari. "Yang terpenting penyediaan beras cukup yang dimiliki di dalam negeri, dan boleh impor kalau memang kurang." Syarkawi juga menekankan pentingnya monitoring harga di lapangan agar terjangkau oleh konsumen menengah ke bawah. "Stok juga penting khususnya stoknya yang dimiliki Bulog dan di masyarakat."